368x60px

Labels

Blogger news

Senin, 28 Oktober 2013

resume ayat materi pendidika



RESUME AYAT-AYAT TENTANG
 MATERI PENDIDIKAN

Makalah ini disusun, guna memenuhi tugas
Mata Kuliah Tafsir 2
Dosen Pengampuh: Maya Rahmi Musfiroh,




Disusun Oleh:
Ahmad Baedlowi
Ahmad Arif
Ahmad Nawawi
 

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ (UNISNU)
JEPARA
RESUME AYAT-AYAT TENTANG
 MATERI PENDIDIKAN

A.  Qur’an Surah Al-A’rof Ayat 204
#sŒÎ)ur ˜Ìè% ãb#uäöà)ø9$# (#qãèÏJtGó$$sù ¼çms9 (#qçFÅÁRr&ur öNä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇËÉÍÈ  
Artinya: Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, Maka dengarkanlah ia dengan tekun, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat[1].
1.    Makna Kosa Kata
الاِسْتِمَا عُ : bersifat lebih khusus dari pada as-sam’u. Karena al-istima’ (mendengarkan) dilakukan dengan niat dan sengaja, yakni dengan mengarahkan indera pendengaran kepada pembicaraan untuk memahaminya. Sedang as-sam’u (mendengar) bisa terjadi tanpa sengaja.
الاِنْصَاتٌ : diam untuk mendengarkan, sehingga tidak ada gangguan untuk merekam segala yang dibacakan.[2]
2.    Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang melakukan shalat dibelakang Rasulullah SAW yang membaca ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara keras dan nyaring. Ayat ini diturunkan sebagai perintah agar selalu mendengarkan dan memperhatikan bacaan imam dikala sedang melakukan shalat. Bagi makmum diperhatikan membaca ayat-ayat Al-Qur’an secara pelan-pelan (volume suara yang rendah, tidak nyaring)
(HR. Ibnu Abi Hatim dan yang lain dari Abi Hurairah)[3]
3.    Tafsir Ayat
Ayat ini termasuk bagian dari apa yang diperintahkan kepada Nabi Muhammad SAW, untuk beliau sampaikan karena itu ia dimulai dengan kata “dan”, yakni dan sampaikan pula bahwa apabila dibacakan Al-Qur’an  maka denganrkanlah ia dengan tekun. Dapat juga ayat yang lalu berbicara tentang fungsi dan keistimewaan Al-Qur’an serta rahmat yang dikandungnya. Karena itu sangat wajar jika ayat ini memerintahkan agar percaya dan mengaggungkan wahyu Illahi dan karena itu apabila dibacakan al-Qur’an oleh siapapun, maka bersopan santunlah terhadapnya karena ia merupakan Firman Allah serta petunjuk untuk kamu semua dan karena itu pula dengarkanlah ia dengan tekun lagi bersungguh-sungguh, dan perhatikanlah dengan tenang tuntunan-tuntunannya agar kamu mendapat rahmat.
Kata ((اَنْصِتُوْا dipahami oleh pakar-pakar bahasa dalam arti mendengar sambil tidak berbicara. Karena itu, ia diterjemahkan dengan perhatian dengan tenang. Perintah ini, setelah sebelumnya ada perintah mendengar dengan tekun. Ini menunjukkan betapa mendengar dan memperhatikan Al-Qur’an merupakan suatu yang sangat penting. Namun demikian, para ulama sepakat memahami perintah tersebut bukan dalam arti mengharuskan yang mendengar Al-Qur’an harus benar-benar tekun mendengarnya. Jika demikian maksudnya, tentu anda harus meninggalkan setiap aktivitas bila ada yang membaca Al-Qur’an. Sebab, tidak mungkin anda dapat tekun mendengarkan serta memerhatikan jika perhatian anda tertuju kepada aktivitas lain. Ada ulama yang memahami perintah ini dalam konteks bacaan imam dalam shalat yang bacaannya dianjurkan untuk diperdengarkan, misalnya dalam shalat maghrib, isya’, dan subuh. Mereka yang mengikuti imam ketika itu hendaknya jangan membaca ayat lain, tetapi ia harus tekun mendengar bacaan imamnya. Ada juga yang memahaminya tidak hanya terbatas untuk shalat fardhu, tetapi juga pada shalat sunnah dan khutbah-khutbah. Ada lagi yang menilai ayat ini bersifat umum kapan dan dimana saja, tetapi memahami perintah tersebut dalam arti anjuran. Memang, dalam teks-teks keagamaan, baik Al-Qur’an maupun sunnah tidak sedikit perintah yang tidak dapat dipahami dalam arti wajib, tetapi sunnah atau anjuran. Pendapat ini adalah pendapat imam Malik. Betapapun, penghormatan kepada Al-Qur’an mengharuskan kita mendengarnya kapan dan dimana saja ia dibacakan, sesuai dengan kondisi dan situasi yang sedang dihadapi dan dalam keadaan yang tidak menyulitkan atau memberatkan.[4]
B.  Qur’an Surat Saad Ayat 29
ë=»tGÏ. çm»oYø9tRr& y7øs9Î) Ô8t»t6ãB (#ÿr㍭/£uÏj9 ¾ÏmÏG»tƒ#uä t©.xtFuŠÏ9ur (#qä9'ré& É=»t6ø9F{$# ÇËÒÈ  
Artinya : Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.
Penjelasan tentang hakikat di atas diuraikan Allah melalui para nabi dan kitab-kitabNya antara lain yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena itu, ayat di atas menegaskan bahwa: Al-Qur’an yang engkau sampaikan, wahai Nabi Muhammad adalah sebuah kitab agung yang kami turunkan kepadamu. Ia penuh dengan berkah supaya mereka yakni umat manusia seluruhnya _ khususnya yang tidak percaya _ memerhatikan ayat-ayatNya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran yang cerah mendapat pelajaran.
Kata (الاْلبَابُ) adalah bentuk jamak dari (لبّ) , yaitu sari pati sesuatu.  Kacang misalnya, memiliki kulit yang menutupi isinya. Isi kacang dinamai lubb. Ulul albab adalah orang yang memiliki akal yang murni yang tidak diselubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir. Yanng merenungkan ayat-ayat Allah dan melaksanakannya diharapkan dapat terhindar dari siksa, sedang yang menolaknya pasti ada kerancuan dalam cara berfikirnya.
Kata (مُبَا رَكٌ) terambil dari kata (بَرْكَةٌ) yang bermakna sesuatu yang mantap juga berarti kebijakan yang melimpah dan beraneka ragam serta tersinambung. Kolam dinamai birkah karena yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya, tidak tercecer kemana-mana. Keberkahan Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur. Dari sini, segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah. Demikian ar-Raghib al-Asfahani.
Al-Qur’an adalah kitab yang mantap, karena kandungannya yang haq sehingga ia tidak berubah. Apa yang diberitakannya benar-benar terjadi atau akan terjadi sehingga tidak mengalami perubahan, baik karena kesalahan atau kelupaan. Bila ada yang berusaha merubahnya walaupun sahuruf pun atau ada yang keliru membacanya, akan tampil sekian banyak pihak untuk meluruskan kesalahan atau kekeliruan itu, sehingga keaslian huruf, kata-kata, dan kalimatnya akan terus menerus mantap tidak berubah. Di sisi lain, kitab tersebut penuh berkah, karena yang menurunkannya adalah Allah. Yang merupakan sumber segala kebajikan. Yang menerimanya lagi adalah nabi Muhammad. Yang mencerminkan dalam kehidupannya segala macam kebajikan. Berkah kitab itu juga terdapat dalam kandungannya, kendati kalimat-kalimatnya asangat terbatas. Berkah dalam membacanya sehingga dengan mudah dapat dibaca bahkan dihafal oleh siapapun walau mereka yang tidak mengerti artinya. Berkah dalam makna-makna yang dikandungnya karena Al-Qur’an adalah sumb[5]er yang tidak kering, yang tidak lekang oleh panas, tidak pula lapuk oleh hujan, sehingga betapapun ditafsirkan selalu saja ada makna baru yang  belum terungkap sebelumya. Berkah juga ia dalam pengaruh positifnya terhadap manusia, serta dalam sukses dan keberhasilan yang diraih oleh yang mengamalknnya. Berkah juga dalam bukti-bukti kebenarannya, karena bukti-bukti itu terdapat dalam dirinya, melalui kalimat-kalimatnya serta langgeng bersamanya. Rujuklah ke Q.S Al-an’an:92 untuk memahami lebih banyak tentang keberkahan Al-Qur’an.[6]





C.  Qur’an Surat Al-A’rof Ayat 54
žcÎ) ãNä3­/u ª!$# Ï%©!$# t,n=y{ ÏNºuq»yJ¡¡9$# uÚöF{$#ur Îû Ïp­GÅ 5Q$­ƒr& §NèO 3uqtGó$# n?tã ĸóyêø9$# ÓÅ´øóムŸ@ø©9$# u$pk¨]9$# ¼çmç7è=ôÜtƒ $ZWÏWym }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur tPqàfZ9$#ur ¤Nºt¤|¡ãB ÿ¾Ín͐öDr'Î/ 3 Ÿwr& ã&s! ß,ù=sƒø:$# âöDF{$#ur 3 x8u$t6s? ª!$# >u tûüÏHs>»yèø9$# ÇÎÍÈ  
Artinya : (54) Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy.[7] Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.
1.      Makna Kosa Kata
الرَّبُّ : Tuhan, pemilik, pengendali, dan pendidik. Sedang الاله ialah sesembahan yang diseru supaya menghilangkan bahaya atau mendatangkan keuntungan, dan yang dikekati dengan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang diharapkan dapat menjadikanNya rela. Sedang Allah adalah nama dari pencipta seluruhnya, dan oleh penganut agama tauhid tidak diakui Tuhan selain Dia. Demikian pula kebanyakan orang musyrik mengatakan bahwa Allah itu Tuhan terbesar atau pemimpin Tuhan-tuhan, atau dewa paling agung.
السموَاتُ وَالْاَرْضُ : Langit dan bumi, yang dimaksud ialah alam atas dan alam bawah
اليَوْمُ : waktu yang istimewa, lain dari pada yang lain, karena peristiwa yang terjadi padanya, seperti halnya keistimewaan hari yang lazim kita kenal dengan adanya terang, gelap dan seperti keistimewaan hari-hari yang dialami bangsa Arab.
العَرْشُ : menurut bahasa berarti setiap sesuatu yang beratap. Dan diartikan pula balai-balai raja dan kursinya di tempat dia mengendalikan pemerintahan.
الاسْتوَي : menurut bahasa berarti kelurusan dan keseimbangan sesuatu.
حثيثا : cepat. Yakni seperti kata orang Farasan Hasisas-sairi, yang artinya kuda yang cepat larinya
بامره : dengan pengendalian dan pengaturanya
مسخّرات : dihinakan dan tunduk kepada pengendalianNya, serta patuh pada kehendakNya.
الخلق : penentuan ukuran. Sedang yang dimaksud di sini ialah pengadaan menurut ukuran.
تبارك الله : Maha Besar berkah-berkah Allah. Sedang berkah itu sendiri artinya kebaikan yang banyak lagi langgeng.[8]
2.      Asbabun Nuzul
3.      Tafsir Ayat
Allah berbicara kepada seluruh umat manusia , bahwa Tuhanmu adalah Esa, yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, serta mengendalikan urusan bumi dan langit. Maka wajib kalian menyembah Allah semata-mata, karena tidak ada Tuhan bagimu selain Allah.
Bahwa apa yang dapat disimpulkan dari ayat-ayat ini adalah sesuai dengan apa yang diakui oleh para ahli falak dewasa ini. Mereka mengatakan , bahwa bahan penciptaan benda-benda langit dan penciptaan bumi adalah kabut yang terpadu menjadi satu, kemudian terpisah sebagiannya dari bagian yang lain. Kabut itu terdiri dari partikel-partikel lembut yang bergerak, sebagian berhimpun dengan bagian yang lain sebagai akibat dari hukum gravitasi. Dari partikel-aprtikel itulah terbentuk bola raksasa yang berputar pada sumbunya dan menyala karena kecepatan geraknya, sehingga bercahaya dan bersinar dibarengi dengan panas yang hebat. Bola raksasa inilah yang pada alam kita disebut dengan matahari dan planet-planet yang mengikutinya, sebagaimana kita lihat dan saksikan. Di antaranya ialah bumi kita ini yang terpisah padunya dengan matahari dan para pengikutnya, dan terpisah dari jasad mereka dalam keadaan menyala, seperti halnya  kawan-kawannya, yang semuanya berputar pada porosnya.
Kemudian dari Bi 
Fakta-fakta ilmu yang diterangkan oleh Al-Qur’an ini, ketika tak seorang pun diantara orang-orang yang diajak beicara oleh Al-Qur’an pada saat diturunkannya tidak mengetahui fakta-fakta ilmiah tersebut, merupakan dalil terbesar atas kemu’jizatan Al-Qur’an. Dan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan Tuhan Yang Maha Tahu dan Waspada tentang segala sesuatu, bukan perkataan manusia biasa,
Demikian pula keteraturan dan penciptaan yang berangsur-angsur ini adalah dalil-dalil yang menunjukkan iradat Allah, pilihan, hikmah dan keesaan Dia Yang Maha Pencipta. Karena sesuatu yang tidak tertur kadang-kadang disangka bahwa adanya itu merupakan perbuatan dari banyak Tuhan, bukan dari Yang Maha Esa. Anda tentu melihat perbedaan yang  yang begitu jelas antara oggoan batu kerikil yang anda lihat







Bagaiman kalian kafir; padahal Allah bukan hanya menghidupkan kamu di dunia, tetapi juga menyiapkan sarana kehidupan di dunia, Dia-lah Allah yang menciptakan untuk kamu apa yang ada di bumi semua sehingga semua yang kamu butuhkan untuk kelangsungan dan kenyamanan hidup kamu terhampar, dan itu adalah bukti kemahakuasaanNya. Yang kuasa melakukan itu pasti kuasa untuk menghidupkan yang mati.
Kemudian Dia berkehendak menuju ke langit. Kata kemudian dalam ayat ini bukan dalam arti selang masa, tetapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungkannya lebih agung, lebih besar, dan misterius daripada bumi. Maka Dia, yakni Allah, Menyempurnakan mereka, yakni menjadikan tujuh langit dan menetapkan hukum-hulum yang mengatur perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada di sana, apa dan atau siapa pun. Itu semua diciptakanNya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagiNya karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.
Firmannya; Dia-lah (Allah), yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu dipahami oleh banyak ulama sebagai menunjukkan bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat digunakan manusia. Kecuali jika ada dalil lain yang melarangnya sebagiankecil ulama tidak memahami demikian. Mereka mengharuskan adanya dalil yang jelas untuk memahami boleh atau tidaknya sesuatu, bahkan ada juga yang berpendapat bahwa pada dasarnya segala sesuatu terlarang kecuali kalau ada dalil yang menunjukkan izin yang menggunakannya.
Kata ISTAWA pada mulanya berarti tidak lurus/tidak bengkok. Selanjutnya, kat itu dipahami secara majasi dalam arti menuju ke sesuatu dengan cepat dan penuh tekat bagaikan yang berjalan tegak lurus tidak menoleh kekiri dan ke kanan. Makna Allah yang menuju kelangit adalah kehendakNya untuk mewujudkan sesuatu seakan-akan kehendak tersebut serupa dengan seseorang yang menuju ke sesuatu untuk mewujudkannya dalam bentuk se –agung dan sebaik mungkin. Karena itu, pada lanjutan ayat ini (fasawwahunna) lalu dijadikanNya yakni bahwa langit itu dijadikanNya dalam bentuk sebaik mungkin, tanpa sedikit aib atau kekurangan sedikitpun. Dalam surat Al-Mulk: 3 dinyatakanNya: Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada penciptaan tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang, maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Sayyid Kutub dalam tafsirnya berkomentar tentang ayat ini lebih kurang sebagai berikut: banyak sekali uraian para mufasir dan teolog tentang penciptaan langit dan bumi mereka berbicara tentang penciptaan dan sesudahnya , juga tentang arti istawa/berkehendak menuju. Mereka lupa bahwa sebelum dan sesudah adalah dua istilah yang digunakan manusia dan keduanya tidak menyentuh sisi Allah swt. Mereka juga lupa bahwa istawa adalah istilah kebahasaan yang di sini hanya menggambarkan bagi manusia,mahluk terbatas ini,satu gambaran tentang sesuatu yang tidak terbatas. Perdebatan yang terjadi di kalangan teolog muslim menyangkut ungkapan-ungkapan al’quran itu,tidak lain kecuali salah satu dampak buruk dari sekian dampak buruk filsafat yunani dan uraian-uraian tentang ketuhanan di kalangan orang yahudi dan nasrhani yang bercampur dengan akal islam yang murni. Tidak;ah wajar bagi kita dewasa ini terjerumus dalam kesalahan tersebut sehingga memperburuk keindahan-keindahan aqidah islam dan keindahan al’quran. Pesan ini adalah bumi di ciptakan buat manusia. Dan kata buat manusia perlu di garis bawahi,yakni bahwa Allah menciptakanya agar manusia berperan sebagai khalifah,berperan aktif dn utama di pentas bumi ini. ;berperan utama dalam peristiwa-peristiwanya serta pengembanganya. Dia adalah pengelola bumi dan pemilik alat,bukan di kelolah oleh bumi dan menjadi hamba yang di atur atau di kuasai oleh alat. Tidak juga tunduk pada perubahan dan perkembangan-perkembangan yang di lahirkan oleh alat-alat, sebagaimana di duga bahkan di nyatakan oleh paham matralisme. “demikian sayyid quttub.
Adapun tentang  istawa maka menurutnya tiadak ada tempat untuk mempersoalkan hakikat maknanya. Karena itu adalah lambnag yang enunjukkan makna kekuasaan. Deamikian juga hanya dengan makna berkehendak menuju penciptaan inipun tidak ada tempat untuk dibahas, sebagaimna hanya tidak ada tempatnya membahas apa yang dimaksud oleh ayat ini dengan “tujuh langit” serta bentuk dan  jaraknya . cukup memahami kuasanya bahwa informasi Allah ini bertujuan mengecam orang-orang kafir yang mempersekutukan Allah bahwa Dia adalah yang menguasai alam raya . Yang menghamprkan bumi manusia dan menyerasikan langit agar kehidupan di dunia menjadi nyaman.
Semua itu tidak ada tempatnya untuk dibahas karena keterbatasan akal manusia, yang sekaligus karena mebahasnya dan mengetahuinya sedikitpun tidak berkaitan dengan tujuan penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di dunia. Almisbah. Hlm166-168
 Al-Ghazali mengusulkan beberapa ilmu pengetahuan yang harus dipelajari sebagai berikut:
1.    Ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama seperti Fiqh, Hadits, dan Tafsir.
2.    Sekumpulan bahasa, nahwu, dan makhraj serta lafad-lafadnya, karena ilmu ini berfungsi membantu ilmu agama.
3.    Ilmu-ilmu yang fardhu kifayah yaitu ilmmu kedokteran, matematika, teknologi yang beraneka macam jenisnya, termasuk juga ilmu politik.
4.    Ilmu kebudayaan; seperti syair, sejarah dan beberapa cabang filsafat.
Dari segi kepentinganya untuk para pelajar, Ibnu Khaldun mengklasifikasikan ilmu menjadi :
1.   Ilmu syariah dengan semua jenisnya.
2.   Ilmu Filsafat seperti ilmu alam dan ketuhanan.
3.   Ilmu alat yang membantu ilmu agama seoerti ilmu lughah, nahwu, dan sebagainya.
4.   Ilmu alat yang membantu ilmu falsafat seperti ilmu mantiq (logics)
Prof. DR. Fadhil Al-Djamaly mengemukakan agar semua jenis ilmu yang dikehendaki oleh Al-Quran diajarkan kepada anak. Ilmu-ilmu itu meliputi : ilmu agama, sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian, ilmu biologi, ilmu hitung, ilmu hukum, perundangan, ilmu kemasyarakatan, ilmu ekonomi, ilmu balaghah, dan adab serta pertahanan negara dan lain-lain ilmu pengetahuan yang dapat memperkembangkan kehidupan manusia dan mempertinggi derajatnya.


أأن أنديك رحمَانَ


[1] Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.
[2]Ahmad  Mustafa al-Maroghi, Tafsir Al-Maraghi jilid 3, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm.292
[3] Ahmad Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an, (Yogyakarta: PT Raja Grafido Persada, 2002), hlm. 402
[4] M. Quraish Shihab, Tafsit Al-Misbah Jilid 4,(Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 438-439
[5]
[6] M. Quraish Shihab, Tafsit Al-Misbah Jilid 11,(Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 373-375

[7] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.
[8]Ahmad  Mustafa al-Maroghi, Tafsir Al-Maraghi jilid 3, (Semarang: Toha Putra, 1992), hlm.297-298

0 komentar:

Posting Komentar

 

Sample text

Sample Text

Sample Text

 
Blogger Templates