Islam (Ilmu Matematika Alam Semesta
Menurut Al-Qur’an)
Shalat dalam pengertian bahasa adalah doa, dan doa,
menurut Nabi, seperti diriwayatkan oleh Turmudzi, adalah inti ibadah. Dalam
al-Qur’an, perintah shalat (melaksanakan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan diakhiri dengan salam) selalu didahului oleh kata aqim atau aqimu. Kata
aqima biasa diterjemahkan “mendirikan” . Terjemahan ini sebenarnya kurang
tepat. Menurut al-Qurthubi dalam tafsirnya, aqimu terambil dari kata qama yang
berarti “berdiri”. Tetapi kata itu lebih tepat jika diartikan “bersinambung dan
sempurna”. Maknanya, melaksanakan dengan baik, khusyu’ dan bersinambung sesuai
dengan syarat-syaratnya. Sedangkan kata shatat sendiri mempunyai tiga
makna. Pertama, berarti curahan rahmat bila pelakunya adalah Allah. Kedua,
berarti permohonan ampunan bila pelakunya adalah para malaikat. Ketiga, berarti
doa bila pelakunya adalah makhluk, seperti manusia.
Shalat disebutkan, dengan berbagai macam derivasi
(kata turunan)-nya, sebanyak 99 kali dalam al-Qur’an. Ini mengingatkan kita
pada banyaknya asmaul husna atau nama-nama indah Tuhan. Kata shalnt sendiri
terulang sebanyak 67 kali, suatu bilangan prima, dengan indeks ke-19.
Shalat telah lama diperkenalkan sejak zaman nabi-nabi
sebelum Muhammad saw dengan cara masing-masing. Dalam al-Qur’an tercatat,
pertama kali permintaan untuk “mendirikan shalat” yaitu ketika Nabi Ibrahim as
berdoa. la tidak meminta kekayaan dan kesehatan, tetapi sesuatu yang lain.
“Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku”. (Ibrahim 14
:40).
Dalam al-Qur’an, konfirmasi kewajiban shalat lima kali
sehari tercatat seperti dalam surat-surat berikut: subuh (an-Nur [24]:
58); subuh, zhuhur dan isya’ (al-Isra’ 17 : 78); ashar (alBaqarah
2 : 238); maghrib (Hud 11 : 114); isya’ (an-Nur 24 : 58).
Sedangkan kewajiban shalat Jum’at bagi orang-orang beriman dicatat dalam Surat
al-Jumu’ah ayat 9.
Kodetifikasi Bilangan
Prima dalam Shalat
Konfirmasi struktur bilangan prima dalam shalat
diketahui melalui berbagai cara dan metode yang tidak lepas dari struktur utama
al-Qur’an yang diketahui sebelumnya:
Pertama :
Angka 5 (kewajiban shalat dalam satu hari) dan 17
(jumlah rakaat) adalah bilangan prima. Angka 17 adalah bilangan prima kembar,
pasangan bilangan 19.
Kedua:
Digit tiap rakaat sembahyang merupakan cerminan kodetifikasi
angka 19, dengan jumlah tetap 17, dimulai dari awal yaitu subuh.
24434 = 19 x 7286, di mana: 2 + 4 + 4 + 3 + 4 = 1 + 2
+ 8 + 6 = 17
Kita berpikir, barangkali satu-satunya, yakni
mendapatkan satu deretan bilangan terdiri dari 5 angka yang jumlahnya merupakan
bilangan prima kembar (17), dan hasilnya pun merupakan kelipatan dari
pasangannya (19).
Shalat adalah komunikasi langsung dan privat dari manusia
dan jin kepada Rabbi, “berkesinambungani” atau aqimu, clan dengan cara
yang benar.
Dalam bahasa kriptogram Frank Drake: shalat ditunjukkan
dalam bentuk kode 24434 bits informasi, hasil dari produk bilangan prima kembar
19 dengan koefisien 1286. Cara pertama, informasi disusun dalam 1286 baris;
dengan tiap baris memuat 19 karakter. Cara kedua lebih rumit, berbeda dengan
pesan Arecibo, informasi shalat merupakan produk 3 bilangan prima, yaitu 19, 2,
dan 643 (prima kembar). Dengan demikian,1286 baris informasi bisa di-enkripsi
Lagi dengan 643 sub-baris; tiap sub-baris memuat 2 bits, kode biner “1″
dan “0″. Tetapi bentuk seperti ini belum terba-yangkan; kripto dalam 3 dimensi
(x, y dan z). Bentuk komunikasi di atas adalah bentuk komunikasi dasar tertinggi
di alam semesta, yang dikodekan dalam bilangan prima kembar dan kode biner.
Informasi ditransmisikan 5 kali sehari, dalam bentuk segmen yang
“berkesinambungan” dan dibaca dari kanan ke kiri.
Ketiga :
Kata shalat yang ke-19 dari 99 kali penyebutan,
diletakkan dalam urutan surat dan ayat yang ke-17. Surat al-Maidah ayat 103,
menyebutkan 3 kata shalat, untuk yang ke-18,19, dan 20.
TABEL 10.1
SURAT DAN AYAT YANG MENYEBUTKAN
KATA SHALAT, SAMPAI URUTAN KE-17
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
TABEL 10.2
KODETIFIKASI 17 AYAT, DI MANA
KATA ALLAH BERTEMU DENGAN KATA SHALAT
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
Keempat :
Kodetifikasi juga ditunjukkan dengan bentuk 17 ayat
pertemuan kata Allah dengan kata shalat dalam al-Qur’an.3 Dalam 17 ayat tersebut terdapat 19 kata
shalat.
Kelima :
Kata shalat ke-19 dari urutan belakang; di surat 2
ayat 83 berhubungan dengan struktur kalimat basmallah, dan struktur
surat-surat fawatih. Ayat tersebut “kebetulan” terdiri dari 29 kata. Enkripsi
terlihat bila nomor surat, ayat, dan banyaknya kata dalam ayat dijumlahkan:
2 + 83 + 29 = 114 atau (19 x 6)
Muhammad saw kembali dari perjalanan malam, Isra’
Mi’raj, dengan petunjuk Ilahi yang tegas tentang kewajiban shalat:17
rakaat sehari. Kewajiban ini diketahui oleh kaum Muslim dari generasi ke
generasi. Barangkali yang tidak diketahui adalah bahwa bilangan 17 ini
“dikodekan” dalam nomor Surat al-Isra’, yaitu nomor 17.
Keterangan Terkait :
1. Baca tentang arti shalat: M. Quraish Shihab, Tafsir AI-Qur'art
AI-Karim: Tafsir atas Surat-surat
Penrlek Berdasarkan Urutan Wahyu, Pustaka Hidayah, hal. 122.
2. Hasil studi kelompok
Fakir 60 Amerika Serikat, lihat http:// www.fakir60.tripod.com, diterima 10
Desember 2003.
3. Baca lebih lanjut hasil
studi kelompok Fakir 60 atau lihat zveb site: http:// fakir60.tripod.
com/salat.htm, diterima 28 Desember 2003.
“…Tamat…”
Terimakasih Semoga Bermanfaat.
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam
(Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Memang aneh, tampaknya, dalam pelajaran teologi, nama
salah satu elemen kimia dalam tabel periodik, yaitu besi (Fe = ferrum)
bisa menjadi salah satu judul surat dalam kitab suci agama. Tetapi itulah
al-Qur’an. Sehingga pertanyaan bagi orang awam tentunya, karakter apa yang
menarik pada surat ini? Lalu, mengapa besi dijadikan salah satu nama surat
dalam al-Qur’an? Bukankah emas, misalnya, lebih berharga?
Surat ini turun di antara masa-masa Perang Uhud, pada
awal terbentuknya Negara Islam di Medinah. Oleh karena itu, bisa dipahami jika
cukup banyak ayat yang memerintahkan pembaca untuk menafkahkan harta bagi
kepentingan umum. Nama surat terambil dari kalimat wa anzalnal-hadida,
ayat 25. Ayat seperti ini, menurut pandangan Malik Ben Nabi, laksana
“kilauan anak panah” yang menarik perhatian bagi kaum berakal; yang diselipkan
di antara pelajaran-pelajaran yang menyangkut ketuhanan.
”
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca
(keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami
ciptakan/turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia (supaya mereka mempergunakan besi itu), dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah
tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat lagi Maha Perkasa.” (al-Hadid 57: 25).
Karakter pertama yang menarik perhatian adalah banyak
penafsir menghindari terjemahan wa ansalnal-hadida dengan “Kami ciptakan
besi”, padahal secara intrinksik seharusnya. “Kami turunkan besi”, sebagaimana
terjemahan “Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan mizan (keadilan,
keseimbangan, keselarasan, kesepadanan)”. Mengapa demikian? Karena dalam
bayangan mufasir klasik, bagaimana caranya besi diturunkan dari langit? Apakah
dijatuhkan begitu saja?
Namun seiring dengan perkembangan waktu, pengetahuan
manusia bertambah. Ilmuwan seperti Profesor Armstrong dari NASA atau Mohamed
Asadi berpandangan bahwa “memang besi diturunkan dari langit”.
Sains memberikan informasi kepada kita bahwa besi
termasuk logam berat tidak dapat dihasilkan oleh bumi sendiri.
Energi sistem tata surya kita tidak cukup untuk memproduksi
elemen besi. Perkiraan paling baik, energi yang dibutuhkan adalah empat kali
energi sistem matahari kita, dengan demikian besi hanya dapat dihasilkan
oleh suatu bintang yang jauh lebih besar daripada matahari, dengan suhu ratusan
juta derajat Celsius. Kemudian meledak dahsyat sebagai nova atau supernova, dan
hasilnya menyebar di angkasa sebagai meteorit yang mengandung besi, melayang di
angkasa sampai tertarik oleh gravitasi bumi, di awal terbentuknya bumi miliaran
tahun yang lalu.
Karakter kedua, ketika menjelaskan besi “memberikan
kekuatan yang hebat” barangkali pembaca membayangkan senjata pemusnah sekelas
ICBM, Intercontinental Ballistic Missile (peluru kendali antarbenua)
atau senjata pemusnah massal seperti senjata kimia. Tetapi bukan hanya iht.
Nikmat yang paling besar yang diberikan Tuhan kepada umat manusia adalah
“desain bumi”. Bumi dan isinya dilindungi oleh Sabuk Van Allen yang membungkus
bumi seolah-olah perisai berbentuk medan elektromagnetik berenergi tinggi.
Perisai dengan “kekuatan hebat” ini tidak dimiliki oleh planet-planet lain.
Sabuk radiasi yang membentuk energi tinggi, terdiri
dari proton dan elektron, mengelilingi ribuan kilometer di alas bumi, diberi
nama Sabuk Van Allen. Sabuk ini melindungi bumi dan isinya dari ledakan dahsyat
energi matahari yang terjadi setiap 11 tahun sekali yang disebut solar flares. Ledakan
dahsyat ini bila tidak ditahan di angkasa dapat meluluh-lantakkan semua
kehidupan di bumi, dengan kekuatan setara 100 juta bom atom Hiroshima.
Perlindungan juga didapatkan dari serangan badai kosmis yang membahayakan umat
manusia. Bagaimana sabuk perisai ini terbentuk? Sabuk ini terbentuk dari inti
bumi yang besar, yaitu terdiri dari besi dan nikel. Keduanya membentuk medan
magnet yang besar, yang tidak dimiliki oleh planet lain, kecuali planet
Merkurius, dengan radiasi yang lebih lemah.
Barangkali kita sekarang paham mengapa besi menempati
salah satu judul surat di dalam al-Qur’an. Inti besi dan nikel “melindungi
makhluk bumi” berupa perisai elektromagnetik dengan “kekuatan yang hebat”.
Namun yang terpenting, alQur’an ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa besi
tidak dapat diproduksi di bumi. Oleh karena itu, ia langsung diturunkan dari
langit untuk dimanfaatkan oleh manusia sesuai dengan ayat 25.
Harap pembaca juga memperhatikan kodetifikasi di alam
raya, solar flares terjadi 11 tahun sekali. Metonic cycle 19
tahun sekali, komet Halley rata-rata 76 tahun sekali mendekati bumi,
penyesuaian Kalender Lunar mengikuti siklus 11 tahun dan 19
tahun.
Elemen Berat Besi, Fe-57
Karakter ketiga berhubungan dengan elemen kimia dalam
tabel periodik. Kita tidak mungkin menafsirkan Surat Besi tanpa “membedah”
elemen kimia besi berikut karakterisistiknya, yang berhubungan dengan kata al-
hadid. Tanpa mengenal sifatsifat besi, pembaca tidak akan mengetahui
“keindahan” Surat Besi ini, yang diletakkan pada nomor 57.
Nilai kata atau al-jumal al-hadid adalah 57. Terdiri
dari a! (31) dan hadid (26). Tabel al-jumal bisa dilihat pada Tabe15.4.
Alif = 1, Lam = 30, Ha‘ = 8, Dal= 4, Ya’ = 10, Dal
= 41 + 30 + 8 + 4 + 10 + 4 = 31 + 26 = 57.
Fakta
Pertama
Fakta menunjukkan bahwa besi atau al-hadid mempunyai
nilai (al-juntal) 57, sama dengan nomor suratnya, atau (19 x 3). Kelipatan 19
dengan koefisien angka 3.
Besi, menurut Peter Van Krogt ahli elementimologi,
telah lama digunakan sejak zaman prasejarah, 7 generasi sejak Adam as. Besi
adalah salah satu elemen berat, dengan simbol Fe, atau ferrum, yang
berarti “elemen suci” dari kata Iren (Anglo-Saxon). Diberi nama ferrum,
ketika pemerintahan Romawi, kaisar Roma yang bernama Marcus Aurelius dan
Commodus menghubungkan dengan mitos Planet Mars. Ilmu kimia modern mengatakan
bahwa besi atau Fe ini mempunyai 8 isotop, di mana hanya 4 isotop saja yang
stabil, yaitu dengan simbol Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 (lihat Tabel 1).
TABEL 1
ISOTOP BESI
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
Besi mempunyai nomor atom 26, posisinya terletak di
tengah-tengah tabel periodik. Sedangkan Fe-57, salah satu isotop besi yang
stabil mempunyai 31 neutron. Ini berbeda dengan isotop stabil lainnya,
misalnya Fe-56 mempunyai 30 neutron dan Fe-58 mempunyai 32 neutron. Fe-57 juga
diketahui mempunyai “ionisasi energi” tingkat ke-3, sebesar 2957 jk/mol
(dibulatkan), energi yang keluar untuk mengubah status Fe+2 ke Fe+3.
Besi sendiri mempunyai 4 tingkatan energi–itulah mengapa hanya 4 isotop saja
yang stabil. Terakhir yang tidak kalah penting, Fe-57 jdga diketahui mempunyai
massa atom sebesar 56,9354.
Fakta Kedua
Begitu kita mengenal karakterisitik besi, kita
mendapat gambaran banyak hal, misalnya:
- Salah satu isotop besi yang stabil, Fe-57, mempunyai nomor simbol sama dengan nomor Surat al-Hadid, dan al-jumal dari al-hadid adalah 57 juga.
- Besi mempunyai nomor atom 26, ditunjukkan oleh al-jumal kafa hadid.
- Fe-57 mempunyi elektron 31 buah, ditunjukkan oleh aljumal dari kata “al”.
- Koefisien 3, dari (19 x 3), ditunjukkan dengan ionisasi tingkat energi ke-3 yang dilepas sebesar 2957 jk/mol. Surat alHadid mempunyai ayat berjumlah 29 buah atau kodetifikasi 2957.
- Peneliti al-Qur’an dari kelompok Fakir 60 di Amerika Serikat menjelaskan bahwa banyaknya kata dalam surat ini seluruhnya adalah 574 kata, sedangkan banyaknya kata dari awal surat sampai dengan ayat ke-25 (kata pertama) adalah 451. Bilangan 574 menunjukkan “Fe-57 adalah salah satu isotop yang stabil dari 4 isotop yang ada” atau berarti juga “yang mempunyai 4 tingkatan energi”.
- Bilangan 451, banyaknya kata, adalah jumlah bilangan nomor simbol kedelapan isotop besi: Fe-52, Fe-54, Fe-55, Fe56, Fe-57, Fe-58, Fe-58, sampai Fe-60; yaitu 52 + 54 + 55 + 56 + 57+ 58 + 59 + 60 = 451.
- Enkripsi pada keempat isotop stabil, Fe-54, Fe-56, Fe-57, dan Fe-58 merupakan kelipatan 19 atau: 54565758 = 19 x 2871882
- Demikian juga massa atom Fe-57, 56.9354 adalah: 569354 = 19 x 29966
- Bukan suatu kebetulan, jika nomor surat dan nomor ayat besi (QS 57: 25) ditunjukkan dengan angka 19. 5+7+2+5=19.
- Bukan pula suatu kebetulan jika Surat Besi diletakkan di tengah-tengah al-Qur’an, sebagaimana elemen besi nomor 26 terletak di tengah-tengah tabel periodik.
- Dari sisi matematika, angka 57 clan 29 tergolong ajaib karena angka-angka tersebut merupakan:
- 57×29= 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 +…+ 57 atau (19 x 87)
Kata “besi” dalam al-Qur’an disebut 9 kali dalam 6 ayat
yang berbeda. Barangkali salah satu keterangan yang menarik dari hal yang
menarik lainnya adalah keterangan yang berhubungan dengan “rahasia”
Dzulkarnain pada Surat al-Kahfi (18:96), yang berarti “gua°. Ayat tersebut
berkisah tentang “pintu besi” yang dibangun oleh Dzulkarnain “di antara kedua
puncak gunung”. Suatu saat akan hancur, ketika kiamat telah dekat. Tanda-tanda
kiamat ini menarik perhatian ilmuwan Barat clan juga Winston Churchill, PM
Inggris pada tahun 1940-an. Perhatian para ahli arkeologi Muslim terletak pada
karakter siapa yang pas untuk Dzulkarnain dalam sejarah? Apakah Raja dari
Macedonia (tafsir Yusuf Ali dan Prof. Dr. H. Mahmud Yunus mengatakan Iskandar
Dzulkarnain dari Macedonia, sehingga mengundang kritikan ahli sejarah, karena tidak
pas), Alexander Agung, ataukah Cyrius Kaisar dari Persia? Sedangkan perhatian
Churchill, karena ramalan “perang besar yang akan terjadi” sebelum dunia
kiamat, sebagian tercatat dalam Kitab Mulia al-Qur’an, dengan versi lain jika
dibandingkan dengan Bibel. Lalu siapakah Gog dan Magog (versi
Barat), apakah kaum Kulit Kuning (Oriental), Hindu, animis, atau Komunis Rusia?
Sedangkan al-Qur’an menyebutnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj (al-Kahfi [181:94)?
Belum diketahui pasti siapa mereka. Indikasi masa depan, ada berbagai
kemungkinan. Namun, satu hal, tampaknya para arkeolog telah menemukan “Pintu
Besi” yang dimaksud oleh al-Qur’an di Derbent, termasuk dalam wilayah Uni
Sovyet dahulu, seperti tercantum dalam Encyclopedia Columbia, walaupun masih
diperdebatkan di kalangan sejarawan modern, siapa sebenarnya yang membangun
pintu besi tersebut, Alexander Agung ataukah Cyrius?
Encyclopedia Columbia edisi ke-6, mencatat bahwa
Derbent ditemukan pada tahun 438 oleh bangsa Persia sebagai pertahanan yang
strategis di Pintu Besi. Benteng tersebut masih ada clan diberi nama Tembok
Kaukasia (Caucasian Wall) juga disebut Tembok Alexander. Dibangun oleh bangsa
Persia (yang menemukannya) pada abad ke-6, untuk menahan serangan
pendatang-pendatang dari daerah Utara.
Dengan demikian, Surat Besi ini menunjukkan
keistimewaannya dengan berbagai cara, di antaranya adalah besi diturunkan
secara intrinksik dari langit melalui meteorit pada awal terbentuknya bumi,
miliaran tahun yang lalu. Besi diketahui mempunyai kekuatan yang dahsyat: inti
besi dan nikel membentuk perisai medan magnet bumi dengan energi yang luar
biasa untuk menahan solar flares dan badai magnetik angkasa. Sedangkan
nomor surat 57 sama dengan al-jumal dari al-hadid (57). Surat ini
juga memperlihatkan karakter Fe-57, salah satu isotop besi yang stabil. Selain
itu, ditunjukkan dengan kodetifikasi nomor atom (26) dan jumlah elektron (31)
yang mengelilingi inti atom besi. Kodetifikasi surat dan ayat juga ditunjukkan
dengan jumlah digit nomor surat dan ayat besi (al-Hadid 57: 25), yaitu
bilangan’ 19. Ramalan atau prophecy: Besi atau Pintu Besi Dzulkarnain
diisyaratkan berhubungan dengan salah satu tanda datangnya kiamat – hancur
secara fisik – ketika bangsa yang dinamakan Ya’juj dan Ma’juj menimbulkan kerusakan
di bumi.
Keterangan Terkait :
1. Tafsir dari Syed Abul
A'la al-Maududi, The Meaning of Qur'an, USA. Bisa juga dilihat dari situsnya: http://www.usc.edu/dept/MSA/quran/maududi/
2. Baca, buku Harun Yahya,
Pesona AI-Qur'an, atau Mohamed Asadi, The Unifying Theory of Everything, USA,
2002.
3. Harun Yahya, Prsona
AI-Qur'an, Rabbani Press 2002, hat. 38.
4. Ibid., hal. 20. Baca
juga bukunya James A. Van Allen berjudul Origins of Magnetostroplteric Physics,
USA
5. Ibi hal. 21.
6.http://hame.school.net.hk/-chem/others/yerwdic/element/Fe.html
atau http:// wwwrcamnl.wr.usgs.gov./isoig/peris.gw/isoig/yer'vd/fe
iig.html, diterima 18 Desember2003.
7.http://www.chemicalelements.com/elements/fe.html,
diterima 17 Desember 2003 atau Irttp://wwwrcamul.wr.usgs.gov/isoig/period/fe_iig.html.
9.
http://environmentnlchentistry.cum/yugi/periodic/Fe-pg2.htnil#57,diterimal7 Desember
2003.
10. Azharuddin Sahil, Indeks AI-Qur 'an, Mizan 2001, ha. 704.
11. Baca komentar kelompok
dakwah Malaysia di http://groups.yahoo.com/ group/dakrwah/massage/5865?source=1, diterima 23 Desember
2003.
12.
http://www.answering-christianity.com/iron-gates.htm,diterima 23 Desember
2001
13. Baca Muhammed
Asadi, The Message of Qur'an and Islam, atau Koran: A
Scientific Analysis, Lahore, Pakistan, Ferozson's Ltd. 1992, dengan
pengarang yang sama.
“…Lanjut Kebagian Yang Ke Sepuluh…”
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam
(Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Salah satu teknik untuk meyakinkan kita bahwa
ayat-ayat al-Qur’an benar-benar diturunkan oleh Tuhan adalah dengan penerapan
Hukum Benford disesuaikan dengan maksud ketiga ayat sebelumnya, (al-Jinn 72
:28), (al-Muddatstsir 74: 30) dan (al-Hadid 57: 25). 1
Frank Benford, fisikawan dari General Electric,
beberapa puluh tahun yang lalu, menemukan fenomena menarik dari alam. Apakah
jumlah batu di pantai, jumlah kata dan huruf dari majalah, ataukah uang yang
ada di bank, angka yang paling sering muncul adalah “1″ . Benford bukan
satu-satunya yang menemukan fenomena menarik ini. 19 tahun sebelum berakhirnya
abad ke-19, astronom Amerika dan juga ahli matematika, yaitu Simon
Newcomb, telah mengetahui bahwa halamanhalaman buku yang tebal, dengan
mendistribusikan digit “1″ sampai “9″ dengan pola yang menakjubkan, memberikan
suatu pola yang relatif sama. Namun penemuan ini dengan cepat dilupakan orang
sampai 57 tahun kemudian muncullah Frank Benford. la merumuskan pola
angka setelah meneliti dan menganalisis 20.229 satuan angka dari mana saja
mereka berasal; sungai, konstanta fisika, tingkat kematian, dan sebagainya.
Hasilnya adalah-ditunjukkan dalam pola distribusi=sekitar
30,1% dimulai dengan angka 1; 17,6% dimulai dengan angka 2; 12,5% dimulai angka
3; 9,7% dimulai angka 4; 7,9 %r dimulai angka 5; 6,7% dimulai angka 6; 5,8%
dimulai angka 7; 5,1 % dimulai dengan angka 8; dan 4,9 %r dimulai angka 9.
Tahun 1995, 114 tahun setelah penemuan Newcomb,
Theodore Hill membuktikan bahwa hukum alam yang baru telah ditemukan oleh
Benford. (Perhatikan, angka-angka abad ke19, 57,114, dan 1995. Semuanya
“kebetulan” kelipatan 19).
Pernyataan Matematika
Proceeding of the American Philosophical Society tahun 1938 mengeluarkan rumus
matematika sebagai berikut:
Kemungkinan yang terjadi adalah digit n, di mana n =
1, 2, 3, …. 9
Log10(n+1) – Log10(n)
, atau Lihat Tabel 1
TABEL 1.
Rumus Matematika
(Klik Gabar Untuk Memperbesar)
Hukum Benford dan
al-Qur’ an
Murad Abdul Majeed 4
dari Amerika Serikat membuktikan bahwa aplikasi Hukum Benford ini bisa
diterapkan pada alQur’an dengan menemukan jumlah ayat tiap surat, dari 114
surat yang berawal dengan digit 1, 2,3 sampai 9. Misalnya saja, surat kesatu
adalah al-Fatihah, jumlah ayat adalah 7, dengan awalan digit 7. Sedangkan surat
kedua, al-Baqarah jumlah ayatnya 286, diawali digit 2, dan seterusnya. Dengan
cara yang sama kita akan dapatkan tabel berikut ini.
TABEL 2.
DISTRIBUSI AYAT-AYAT AL-QUR’AN
BERDASARKAN HUKUM BENFORD
(Klik Gabar Untuk Memperbesar)
Artinya ada 30 surat dengan jumlah ayatnya dimulai dengan
digit “1″, ada 17 surat dengan jumlah ayatnya dimulai digit “2″, dan
seterusnya. Distribusi tiap digit akan sama dengan rasio distribusi Hukum
Benford. Tapi, itu tidak akan ditunjukkan di sini, yang akan diperlihatkan
adalah jika kita jumlahkan perkalian jumlah surat pada kolom paling kanan
dengan digit di kolom paling kiri. Akan dihasilkan bilangan yang dienkripsi
sebagai berikut:
(30×1) + (17×2) +( 12×3) + (11 X4) + (14×5) + (7×6) +
(8 x7) + (10×8) + (5×9) = 437 atau (19x23)!
AI-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat clan 6.236
ayat. Ini berarti, dengan Hukum Benford kita bisa mengatakan, bila ada digit
yang berubah, berkurang atau bertambah, maka ada sesuatu yang salah pada kitab
ini. Karena, jumlahnya bukan merupakan kelipatan 19 dengan distribusi Benford.
Kita juga bisa mengatakan bahwa pernyataan ayat 30 pada Surat alMuddatstsir
benar adanya. Fakta lainnya adalah digit “1″ atau “Esa” ada di dalam 30 surat,
sama dengan banyaknya pembagian juz al-Qur’an. Di mana bilangan 30 merupakan
salah satu angka yang sering muncul dalam struktur al-Qur’an. Seperti yang
telah diketahui, angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19.
Sebelum diteruskan, mari kita teliti ulang, mengapa
angka 30 ini kembali muncul? Sejatinya, bagaimana hubungannya dengan angka 114
atau banyaknya surat?
Setelah diteliti ulang akan ditemukan 5 surat di mana
nomor surat dan ayatnya berjumlah 114. Sehingga total jumlah ke-5 surat tadi
adalah (19 x 30) atau 570.
TABEL 3.
ENKRIPSI SURAT, AYAT, DAN ANGKA 114
(Klik Gabar Untuk Memperbesar)
Uji berikutnya adalah hasil pemetaan dengan Hukum
Benford yang menghasilkan pemetaan digit ayat-ayat al-Qur’an dalam sebuah peta
berbentuk matriks. “Jika al-Qur’an ini asli dan diturunkan dari langit, peta
ini pun mempunyai (keanehan) kodetifikasi tertentu”.
TABEL 4.
PEMETAAN DIGIT AYAT-AYAT AL-QUR’AN
BERDASARKAN HUKUM BENFORD
(Klik Gabar Untuk Memperbesar)
Berikutnya, dari 227 digit, kita pilih bilangan prima
saja, sedangkan yang bukan bilangan prima dihapus dan diberi tanda – (lihat
Tabe 18.4).
Luar biasa. Enkripsi dengan bilangan 19, lihat baris
digit 1 dan digit 9: hasilnya 17 digit bilangan prima. Jumlah digit tersebut
adalah (8 x 2) + (4 x 3) + (3 x 5) + (2 x 7) = 57, atau (19 x 3).
Dengan demikian, ayat-ayat al-Qur’an, bila dipetakan
dalam digit berbentuk matriks, mempunyai enkripsi sebagai berikut.
TABEL 5.
PEMETAAN DIGIT AYAT-AYAT AL-QUR’AN
YANG MERUPAKAN BILANGAN PRIMA
(Klik Gabar Untuk Memperbesar)
Tingkat 1
Jumlah ayat 6.236 dan jumlah nomor surat 6.555,
digitnya dijumlahkan berarti 6+2+3+6+6+5+5+5 =38 atau (19x 2).
Tingkat 2
Aplikasi Hukum Benford pada ayat-ayat al-Qui an,
jumlah digit awal (bilangan “1″ sampai “9″) adalah 437 atau (19 x 23).
Tingkat 3
Ayat-ayat al-Qur’an dalam 114 surat terdiri dari 227
digit merupakan bilangan prima kembar. Angka ini, ter-enkripsi dengan 17 digit
angka bilangan prima kembar pula, pada baris digit 1 dan 9, jumlah digitnya 57
atau (19 x 3).
Pembaca dapat menyimpulkan bahwa bukan suatu kebetulan
jika al-Qur’an mempunyai sistem kodetifikasi yang bertingkat, matematis
bilangan prima, teristimewa bilangan prima kembar 19,11 atau dengan bilangan
lainnya. “Segala sesuatu dihitung satu persatu (dengan teliti)” Satu ayat atau
bahkan satu huruf saja hilang atau disisipkan, akan membuat ketidakseimbangan
dalam struktur matematisnya. Lalu apakah makhluk jin dan manusia dapat membuat
kitab yang serupa ini?
Jika manusia normal di-”kode”-kan dengan 23 pasang
kromosom. Binatang cicadas dari jenis Magicada (menyerupai jangkrik atau kecoak
terbang), timbul dari tanah setiap 13 atau 17 tahun sekali. Kedua-duanya adalah
bilangan prima kembar. Mario Markus ahli fisika jurusan Molecular Physiology
dari Institut Max Planc menjelaskan bahwa siklus hidup binatang ini 12 tahun
sekali, maka semua predator (binatang pemangsa) yang mempunyai siklus hidup 2,
3, 4, dan 6 tahun sekali akan memusnahkannya. Oleh karena itu, jika cicadas
mutasi dalam siklus 13 atau 17 tahun sekali, ia akan selamat.
Bagi yang memahaminya, al-Qur’an bukanlah kitab biasa.
Walaupun kalimat-kalimatnya banyak berbentuk puisi dan prosa, ia bukanlah kitab
sastera. Walaupun ratusan ayat menceritakan fenomena alam dan ilmu pengetahuan,
ia bukanlah kitab ilmu pengetahuan dan bukan pula sebuah ensiklopedi. Al-Qur’an
hanya dapat dimengerti dan dipahami bila dibaca baik-baik dengan mengetahui
ilmunya. Hati terbuka, tulus, dan mau menerima. Bagi pembaca yang menginginkan
jalan yang lurus, dengan seizin-Nya akan bertambah keimanannya.
“Namun bagi
sebagian orang, akibatnya malah lebih buruk serta mer.datangkan kerugian.” (al-Isra, 17 : 82).
Keterangan Terkait :
1. Esensi dari ke[iga ayat
ini adalah: "Segala sesuatu diciptakan dengan hitungan", "dalam
bilangan 19 ada perumpamaan (ada sesuatu yang aneh)", "dan al-Qur'an
diturunkan dari langit", (Jin 72: 28), (alMuddatstsir 74 : 30) 1, dan
(al-Hadid 57 :25). Tetapi untuk meyakinkan semua orang adalah pekerjaan
sia-sia. Namun, seperti pandangan alQur'an, ini dimaksudkan "untuk
menambah keimanan bagi yang telah beriman dan membuat tidak ragu bagi pembaca
Kitab".
2. Murad Abdul Mayeed, http
//www.subrnission.org/miracle/benford.html
3. Lihat juga jurnal
matematika yang berhubungan dengan Hukum Benford, misalnya, htfp://www.mathpages.com/home/kmath302/kmafh302.htm. Lebih lengkap masuklah ke
situs-situs Benford
Law, Zipp Law,
dan hubungan Benford
Law
dengan bilangan prima.
4.Ilmuwan anggota kelompok
"submitfer" di Amerika Serikat, seorang ahli matematika dan peneliti
al-Qur'an.
“…Lanjut Kebagian Yang Ke Sembilan…”
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam
(Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Pembaca telah mempelajari struktur (19 + 10) dalam alQui
an pada bab-bab sebelumnya, untuk membentuk struktur prima kembar 29. Pada bab
ini, mari kita menjelajah lebih lanjut dengan struktur (11 + 8) untuk membentuk
prima kembar 19. Angka 11 juga merupakan prima kembar dari pasangan 11 dan 13.
Sedangkan angka 8 adalah indeks bilangan prima 19.
Pertama-tama struktur yang paling sederhana adalah enkripsi
atau angka-angka kunci pada nomor ayat yang berhubungan dengan angka 11 dan 8.
Struktur (11 + 8) dan
Bilangan 11
Kita telah mempelajari struktur (19 + 10) pada kalimat
basmallah, dan 29 surat-surat fawatih, permulaan dengan huruf alif, lam, mim
dan sebagainya. Sekarang, mari kita mengenal lebih dekat struktur (11 + 8) yang
membentuk struktur bilangan prima 19 pada al-Qur’ an. Angka 19 dan angka 8 di
dalam alQur’an muncul pada Surat al-Muddatstsir (74: 30) dan Surat al-Haqqah
(69: 17) – sebelumnya telah dijelaskan struktur surat ke-19. Kodetifikasi
muncul ketika nomor surat dan nomor ayatnya dijumlahkan:
74 + 30 + 69 + 17 = 190 atau (19 x 10).
TABEL 1.
STRUKTUR SURAT DENGAN BILANGAN (11+8)
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
Mari kita lihat selanjutnya.
Pertama
struktur yang paling sederhana, kombinasi 11 dan 8, di
mana terdapat enkripsi pada 10 surat dari 114 surat al-Qur’an yang mempunyai
jumlah ayat 11 dan 8. Kesepuluh surat tersebut terbagi dua: 5 surat masingmasing
dengan jumlah ayat 11 dan sisanya 5 surat masingmasing dengan jumlah ayat 8.
Tentu saja, karena jumlahnya berpasangan, maka jumlah ayat-ayatnya merupakan
kelipatan 19, yaitu 95 atau (19 x 5). Simetris murni, seimbang dan
selaras.
Kedua
struktur al-Asma’ul Husna. AI-Asma’ul Husna (ismi
= nama, husna = baik) adalah nama-nama yang sangat indah dari Allah swt
dan sekaligus mencerminkan sifat-sifat Tuhan Yang Esa. Penelitian lebih
lanjut mengungkapkan bahwa di antara nama-nama yang indah, 76 nama
terdapat dalam al-Qur’an, sedangkan 23 nama lagi dalam Hadits. Coba perhatikan
angka 76 adalah enkripsi dari (4 x 19), sedangkan angka 23 adalah bilangan
prima. Angka 4 berarti bahwa kalimat ini terulang 4 kali dalam al-Qur’an, sama
banyaknya dengan kata Muhammad, dan syari’ah. Jumlah nama-nama yang
indah semuanya 99, atau (9 x 11). Lebih lanjut akan dijelaskan nanti
bahwa angka 11 berhubungan dengan benda-benda di langit: bulan, bintang dan
matahari.
Kalimat al-Asma’ul Husna sendiri “kebetulan°
terdiri dari 11 huruf Arab. Kalimat ini disebutkan dalam 4 ayat
pada 4 surat yang berbeda:
1. AI-A’raf (7:180)
“Hanya milik
Allah Asma’ul Husna, maka bermohonlah kepadan-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan”.
2. Al-Isra’ (17:110)
“Katakanlah
‘Serulah Allah atau ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia
mempunyai Asma’ul Husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu’
“.
3. Thaha (20:8)
“Dialah
Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dia mempunyai
Asma’ul Husna”
4. Al-Hasyr (59:24)
“Dialah
Allah Yang Menentukan, Yang Mengadakan, Yang Menbentuk Rupa, Yang Mempunyai
nama-nama yang paling baik. Bertasbihlah kepada-Nya apa yang di langit dan
dibumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa Iagi Maha Bijaksana”.
Enkripsi angka 11 yang lebih rumit akan diketahui bila
nomor surat dan nomor ayat tersebut di atas dijumlahkan kemudian dijajarkan
dalam 5 komponen.
Jika nomor surat tadi dijajarkan dengan hasil
penjumlahannya, maka bilangan tersebut adalah kelipatan 11:
7172059103 = 11 x 652.005.373
Demikian juga, jika nomor ayat tersebut di atas
dijajarkan dengan jumlah nomornya, maka:
180110824322 = 11 x 16.373.711.302
Ini berarti kalimat al-asma’ul husna hanya diposisikan
pada 4 surat dengan 4 ayat tertentu saja, dengan kodetifikasi angka 11 yang
tidak sederhana. Bila tertukar posisinya, maka struktur ini tidak terjadi.
Ketiga
struktur sederhana Surat Muhammad dengan Surat
al-Muddatstsir. Kedua surat ini, bernomor 47 dan 74, mempunyai ayat 38 dan 56,
sama-sama berjumlah 11 digitnya.
4+7=7+4=3+8=5+6=11
Sekali lagi, kita diyakinkan adanya hubungan
kodetifikasi antara nama-nama yang indah, Nabi Muhammad saw, seruan “bagi orang
yang berselimut”, dan syari’ah. Tetapi bagian yang paling menarik adalah
hubungan angka 11 dengan benda-benda di langit (tunggal), yang direfleksikan
oleh ke-3 Surat an-Najm (Bintang), al-Qamar (Bulan), dan asy-Syams (Matahari)
sedemikian rupa sehingga jumlah ke-3 nomor suratnya merupakan kelipatan 11.
53 + 54 + 91 = 198 atau (11 x 18).
Bukan suatu kebetulan, benda di langit pada sistem
tata surya kita dikodekan dengan angka 11 dalam al-Qur’an, sama dengan perbedaan
sistem Kalender Matahari dan Kalender Bulan, yaitu 11 hari. Coba kita
perhatikan keterangan NASA tentang sistem kalender.
Salah satu sistem untuk mengukur waktu yang telah
berlalu atau yang akan datang adalah kalender. Sistem kalender satu tahun terdiri
dari 12 bulan. Setiap Kalender Bulan, berdasarkan waktu bulan mengelilingi bumi
adalah 29,53 hari. Karenanya, waktu satu tahun adalah 354,37 hari. Ini tidak
sama dengan lamanya waktu dari satu musim ke musim lainnya, misal “hari pertama
musim semi atau dikenal dengan vernal equinox” ke musim semi berikutnya,
yaitu 365,24 hari. Berbeda 11 hari!
Sedangkan Kalender Matahari, berdasarkan waktu bumi
mengelilingi matahari, dikenal dengan Kalender Julian atau yang kemudian
diperbarui dengan sebutan Kalender Gregorian, masukan dari astronom bernama
Christopher Clavius dari Itali. la menyarankan aturan khusus untuk menvesuaikan
perbedaan dari 365 hari satu tahun dengan 365,24 hari aktual per tahun, yaitu
dengan penyesuaian setiap 4 tahun sekali. Berlaku bagi abad-abad yang
berakhir; yang dapat dibagi dengan 400. Dengan demikian, tahun-tahun di 1800,
1900, dan 2100 tidak ditemukan tanggal 29 Februari. Hanya ada di tahun-tahun
2000 dan 2400. Pengaturan ini memungkinkan rata-rata Kalender Gregorian hanya
berbeda 0,5 menit dengan waktu aktual tiap tahun, atau dengan tingkat kesalahan
1 hari dalam 3000 tahun sekali.
Berbeda dengan Kalender Islam yang berdasarkan
Kalender Bulan. Dimulai ketika Muhammad saw hijrah ke Medinah pada tahun 622.
Kemudian Khalifah Umar menetapkan hari pertama bulan Muharram sebagai awal
tahun Kalender Islam, yaitu 16 Juli tahun 622. Tiap bulan bergantian 30 dan 29
hari kecuali bulan ke 12, Dzulhijjah (Dzu al-Hijjah). Ini, menariknya,
berhubungan dengan angka 11 dan 19. Supaya tepat dengan aktual waktu fase
bulan. 11 tahun siklus pertama, bulan Dzulhijjah di-set 30 hari, clan 19
tahun kemudian di-set 29 hari. Dengan demikian setahun bisa 354 hari atau 355
hari. Dalam 30 tahun, lengkaplah satu siklus, rata-rata 354,37 hari.
Jika kodetifikasi angka 11 dalam al-Qur’an
merefleksikan perbedaan sistem kalender dalam tata surya kita, maka,
sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, angka 19 juga berhubungan dengan
desain alam, fase bulan dan siklus Meton. Termasuk yang diketahui, lamanya
orbit komet Halley mendekati tata surya setiap 76 tahun sekali atau (4 x 19)
tahun. Apa kata sains tentang komet ini:
Tahun 1705, Edmund Halley rnemtbuat prediksi dengan
rumus Newton bahwa sebuah komet di tahun 1531, 1607, dan 1682 akan masuk ke
sistem tata surya. Kemudian kembali lagi tahun 1758. Rarnalannya tepat.
Akhirnya komel tersebut diberi nama dengan namanya. Orbit komet Halley
rata-rata 76 fahun, tergantung dari pengaruh gravitasi di ruang angkasa. Komet
ini muncu! di tahun 1970, dan kembali di tahun 1986. Penampakan kembali di
sekitar tata surya kita akan terjadi di taltun 2061/2062.
Simak wawancara Michio Kaku tentang Parallcl Universes
di BBC Homepage Science: berhubungan dengan bilangan 11.
Teori-M mendefinisikan 11 dimensi ruang dan
waktu, terdiri dari 70 ruang dan 7 dirnensi waktu. jika kifa berbicara quantum
parallel universes, maka barangkali ada alam yang “mirip” dengan alam semesta
kita. Semua dimensi “bergetar” dan membuat alam semesta kita ikut “bergetar.
“Getaran” tersebut tamyak seperti cahaya. Alam semesta manusia berada di 4
dimensi (3 dimensi ruang + wnktu), sisanya (di luar itu) hyper-space yang
terdiri dari 7lapis dimensi ruang. Alarn semesta yang terdekat hanya berjarak
kurang dari 1 mm saja. Uji coba akan dilakukan di Geneva beberapa tahun mendatang,
untuk pengembangan selanjutnya.
Fenomena di atas memberi gambaran kepada pembaca bahwa
pernyataan pemikir matematika seperti Galileo, studi para ilmuwan, dan
al-Qur’an, benar adanya. Ada korelasi erat antara desain alam semesta –
matematika – Kitab Suci-manusia. Bilangan prima banyak dipakai sebagai kode
unsur alam, di antaranya anomali planet-planet, garis edar, DNA, unsur kimia,
pengaturan atom, kromosom, termasuk aplikasi hukum Benford, yang akan
dijelaskan kemudian.
Keterangan Terkait :
1. H. Mulyono Gandadiputra
Prof. Dr. & H. Amir Hamzah, Asmaul Husna', Yayasan Masagung,
Jakarta 1984.
2. Ibid,
3. Baca lebih lanjut,
Rosman Lubis dalam bukunya, Keajaiban Angka 11 dalam al-Qur' an.
4. NASA edu: http:
//littoff.msfc.nasa.gov/news/2000/news-newyear.nsy. diterima 1 Desember
2003.
5. hltp://seds.lpl.arizona.edu/nineplanets/nineplanets/halley.html.
“…Lanjut Kebagian Yang Ke Delapan…”
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam
(Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Surat Maryam, atau surat yang ke-19 dalam mushaf,
diturunkan ketika sahabat-sahabat Nabi akan hijrah dari Mekkah dan tinggal di
negeri Kristen (Nasrani), di Habash (Ethiopia). Walaupun kaum Quraisy yang
kafir berusaha membujuk Raja Negus untuk mengusir kaum Muslim imigran, tetapi
akhirnya – setelah bertanya pendapat Muslim tentang Yesus di dalam sebuah
sidang pengadilan–rombongan Muslim diperbolehkan tinggal di kerajaan Kristen tersebut.
Menurut hadis, Hazrat Ja’far, salah satu anggota rombongan mengutip ayatayat
yang menceritakan tentang Yesus (Isa as) dan perawan suci Maryam kepada Raja
Negus. Sehingga Negus menitikkan air matanya terharu. Pembaca tentunya dapat
membayangkan, bagaimana para sahabat Nabi di Habash dapat merespons pertanyaan
Raja Negus dengan baik bila mereka tidak mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang Yesus. Akibatnya mungkin akan berbeda, mereka akan diusir dari negeri
itu atas hasutan kaum Quraisy yang kafir, jika mereka tidak menceritakan
tentang Yesus. Surat ini dipandang istimewa selain diturunkan sebelum kejadian
itu (tinggal di negeri Kristen), tetapi juga ditempatkan sebagai surat yang
ke-19.
Sebelumnya Muhammad saw, disebabkan oleh tekanan kaum
Quraisy, menganjurkan para sahabat pergi ke Habash, tempat di mana terdapat
Raja yang adil, yang tidak membiarkan ketidakadilan di tanah negerinya. Anjuran
Nabi, rombongan Muslim boleh tinggal di sana dengan seizin Raja Negus sampai
masalah di Mekkah dapat diatasi.
Adam dan Isa
Hasil studi oleh para mufasir, misalnya Abderrazaq
Abbaouy dari Noon Centre, adalah bahwa surat ke-19 ini merupakan surat di
mana kata Adam dan Isa (Yesus) bertemu dalam bentuk kata yang ke-19 di dalam
al-Qur’an. Fakta sederhana ini dimulai ketika Surat Ali ‘Imran ayat 59 mengatakan,
“Sesungguhnya
misal (penciptann) ‘Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: ‘ Jadilah’
(seorang manusia), maka jadilah dia.”
Fakta fisik, Adam as dan Isa as sama-sama diciptakan
tanpa proses reproduksi normal, dan sama-sama berstatus nabi. Studi lebih
lanjut menunjukkan bahwa ternyata kata Adam dan Isa sama-sama 25 kali disebut
di dalam al-Qur’an. Kedua-duanya tersusun secara matematis dan berkaitan dengan
bilangan prima. Keduanya bertemu baik dalam ayat maupun surat pada posisi kata
ke-7 dan ke-19, sebagaimana digambarkan dalam tabel berikut ini.
TABEL 1.
SURAT-SURAT YANG MEMUAT KATA ADAM DAN ISA
(Klik Gambar Untuk Memperbesar)
Fakta sederhana :
- Kata Isa yang ke-19 ada pada ayat 34, dan kata Adam yang ke-19 ada pada ayat 58. Dengan demikian, surat 19 ini adalah pertemuan kata Adam dan Isa, sama-sama ke-19.
- Perbedaan ayat dari nomor ayat 34 ke ayat 58 adalah 25 ayat.
- Surat Maryam mempunyai 98 ayat, dengan 25 nomor merupakan bilangan prima, yaitu 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 91, 97. Angka 25 sama dengan jumlah penyebutan Adam dan Isa di dalam al-Qur’an. Kata Maryam pada ayat 34 adalah kata Maryam yang ke-25 dalam al-Qur’an.
- Ayat ke-34, di maqa kata Isa berada, sama dengan penyebutan Maryam, 34 kali dalam al-Qur’an.
Karakter yang sangat spesifik dalam surat ke-19 ini menunjukkan
bahwa Surat Maryam sangat istimewa dipandang dari sudut hubungan kata Allah,
Adam as, Isa as, dan suratnya sendiri, baik isi maupun bilangan-bilangan
enkripsinya. Misalnya saja, kata Allah dalam surat ini pertama kali
disebutkan dalam ayat ke-30, angka komposit yang ke-19. Kata Allah
sendiri disebutkan 8 kali dalam surat ini, yaitu ayat 30, 35, 36, 76, 81, 91,
94, dan 96. Bunyi ayat 94 :
“Sesungguhnya
Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang
teliti.” (Maryam 19 : 94)
Salah satu esensi surat ini dalam hubungannya dengan 8
ayat yang memuat kata Allah, yaitu bahwa semua manusia yang ada di (banyak)
bumi maupun di (banyak tempat) planet atau alam, suatu saat akan datang kepada
Allah selaku seorang hamba, tidak kurang atau lebih jumlahnya, karena Allah
telah “menetapkan jumlahnya dan menghitung dengan hitungan yang sangat teliti”.
Angka 8 ini sangat erat hubungannya dengan bilangan 19
dan kata Allah. Kata Allah menurut tafsir M. Quraish Shihab
disebut 2.698 atau (19 x 142) dalam al-Qur’an (termasuk basmallah).
Delapan di antaranya ada di surat ke-19 atau Surat Maryam. Lebih jauh, bila
diurut dari surat-surat berdasarkan turunnya wahyu, surat ke-19 adalah Surat
al-Ikhlash, di mana di situ pertama kali kata Allah diperkenalkan oleh
Tuhan. Sebelumnya, berdasarkan urutan wahyu dari pertama sampai ke18,
Tuhan diperkenalkan dengan nama Rabbika, atau yang berarti, “Tuhan
Muhammad”, Pencipta, Pemelihara dan Pendidik manusia. Sedangkan pada wahyu ke-7
memang ada kata Allah tetapi bermakna sifat, Yang Mahasuci.
Pembaca akhirnya mengetahui bahwa pada awalnya turun
ayat-ayat al-Qur’an, Tuhan memperkenalkan diri-Nya dengan kata Rabbika,
kemudian baru setelah-Nya dengan definisi kata Allah pada Surat al-Ikhlash.
Lima ayat wahyu pertama dari Surat al-’Alaq merupakan pengenalan bahwa Tuhanlah
yang menciptakan manusia, mendidik, dan mengajar. Termasuk, Tuhan memberikan
“kodetifikasi dan panah yang berkilauan” bagi pembaca yang berpikir. Pertama
kata “‘alaqah” yang bermakna “sesuatu yang menempel pada dinding uterus,
seperti lintah”, kata ilmiah yang ada pada embriologi. Kedua, enkripsi
ditemukan ketika diketahui 5 ayat pertama ini-terdiri dari 19 kata, atau 76
huruf (19 x 4). Surat al-’Alaq sendiri terdiri dari 19 ayat, dan ditempatkan
tepat pada urutan surat ke-19 sebelum surat terakhir. Ditutup dengan wahyu
terakhir, Surat an-Nashr atau Pertolongan. Surat tersebut terdiri dari 19 kata.
Sedangkan ayat pertamanya terdiri dari 19 huruf. Surat ini adalah surat yang
terdiri dari 3 ayat yang pendek, menjanjikan kemenangan Islam, di akhir tugas
Nabi.
Pertanyaan berikutnva adalah apakah ada hubungannya
dengan surat bernomor 36, Surat Ya Sin? Karena Ya Sin adalah surat ke-19 dalam
29 surat fawatih. Sebagaimana diketahui, Surat Ya Sin didahului oleh ayat
pertama Ya Sin. Berdasarkan hitungan ahli matematika di Lousiana,6 huruf fawatih Ya + Sin dalam surat ini berjumlah
285, atau (19 x 15).
Mengapa koefisiennya bilangan 15?
Apakah ada hubungannya dengan surat ke-15 fawatih
surat pertengahan al-’Ankabut atau yang bernomor 29 dalam mushaf.
Kita lihat surat ke-15 fawatih, atau surat 29 al-’Ankabut mempunyai 69 ayat, sedangkan surat ke-19 atau surat ke-36 Ya Sin mempunyai 83 ayat.
Kita lihat surat ke-15 fawatih, atau surat 29 al-’Ankabut mempunyai 69 ayat, sedangkan surat ke-19 atau surat ke-36 Ya Sin mempunyai 83 ayat.
69 + 83 = 152, atau (19 x 8)
Kita bertemu lagi dengan angka 8. Dengan demikian,
surat ke-19, yaitu Surat Maryam, Surat Ya Sin, dan al-’Ankabut dienkripsi
dengan bilangan 19, koefisien 15, dan angka 8.
Secara matematis, bilangan komposit ke-152 adalah 198,
dan 152 adalah (19 x 8). Dalam matematika, keajaiban angka 8 dan 19 adalah
hubungan timbal-balik bilangan komposit dengan bilangan prima kembar, seperti
contoh angka 152 di atas.7 Jika jumlah sunt
al-Qur’an merupakan angka ajaib 114, karena bilangan prima ke-114 adalah 619,
dan 114 adalah (6 x 19). Di sini kita menemukan angka ajaib lainnya, yaitu
angka 152. Di mana bilangan komposit ke-152 adalah 198, dan 152 adalah (19 x
8).
Pembaca belum lupa, dalam al-Qur’an, angka 8
dinyatakan dengan jumlah malaikat yang mendukung’Arsy, sebelum atau saat
Kiamat. Sedangkan, secara harfiah, angka 19 direfleksikan dengan jumlah 19
malaikat penjaga Neraka Saqar. Angka 8 juga berhubungan dengan kata A!(ah dalam
surat ke-19. Angkaangka itu juga menjadi enkripsi dalam struktur Kitab Mulia
ini dan alam semesta-misalnya berhubungan dengan gaya dasar atau force
penyeimbang alam semesta,8 serta Kalender Lunar
(Bulan) dan Solar (Matahari). Lebih jauh, berhubungan dengan informasi bahwa
jumlah manusia yang akan datang menghadap ke Allah swt selaku seorang hamba
dalam hitungan yang teliti dan telah ditetapkan.
Keterangan Terkait :
1.Tafsir dari Syed Abul
A'la Maududi, The
Meaning of Qur' an, USA. Bisa juga dilihat dari situsnya: http://www.usc.edu/dept/MSA/
quran/maududi/ diterima 1 Desember 2003.
2. Ilmuwan kelompok Noon
Centre di Amerika Serikat, pemerhati Islam dan al-Qur'an.
3. Baca Tafsir AI-Qur ' an
AI-Karim dari M. Quraish Shihab, yaitu tafsir atas surat-surat pendek
berdasarkan urutan turunnya wahyu halaman 8284. Berdasarkan tafsir Abu
AI-Qasim'Umar bin Muhammad bin Abdul yang dikutlp oleh Orientalis Noldeke,
urutan wahyu sampai ke-19 adalah sebagai berikut: 1. Lima ayat pertama Surat
Iqra' atau al-'Alaq; 2. Surat Nua; 3. Awal Surat al-Muzzammil; 4.Awal Surat
al-Muddatstsir, 7 ayat pertama; 5. Surat at-Taubah; 6. Surat at-Takwir; 7. Surat
al-A'la (SaGGihisma), terdapat nama Allah tetapi bermakna sebagai sifat yang
Mahasuci, perhatikan nomor suratnya, ke-7 (bilangan prima kembar); 8. Alam
Nasyrah; 9. Al-'Ashr; 10. AI-Fajr 11. Adh-Dhuha; 72. AI-Lai1;13. Al-'Adiyat;
14. Al-Kautsar; 15. At-Takwu; 16. At-Takatsur; 17. Ara'aita; 18- AI-Fil; 19.
AI-Ikhlash.
4.Baca buku Harun Yahya,
Pesona AI-Qur'an, atau dari Dr. Maurice Bucnille, Bible, Qur 'an dan llmu
Perrgetahuan, dan Garry Miller, tentang asal-usul manusia. Lebih jelas
pendapat Abdullah M. Al-Rehaili dalam hukunya, Bukti Kebenaran Quran,
hal. 4ft-49; 'alaqah yang benrti "lintah" dalam dinding uterus,
merupakan salah satu fase dalam pembentukan janm bayi. Enrbriu berkembang di
dalam kandungan ibu atau dilindungi dinding utrrus, sebagaimana vang diketahui
dari kaca mikroskop. Oleh Prof. Moore dari Kanada telah diusulkan agar sistem
klasifikasi baru ini dapat dikembangkan dengan penggunaan istilah yang disebut
di dalam alQur' an: nuthfah, 'alaqah, mudhghah, 'izharn, kisa ul-izham
bil-laharn, dan annasy'a atau bentuk janin yang lebih lelas.
5.http://www.submission.into/rgi-bin/scarrh
Jsrarch. pl?q=salat I 2Cmathematical&showurl=http%3A//www.submission.iutu/
quran/appendites/appendirl.html , diterima 25 Desember 20113.
6. Ali IZ. Fazely Ph.D, "Y.S
and The Quran Full of Wisdom; Journal of Submission, Volume 2 no. 4,
June 1994. Batun Rouge, Luusiana 70808.
7. Baca Journal of
Submission 1993-4 & hasil Mathematical Conference di Univ.Washington
1994. Pembicara: Milan Suk dan Ali Fazely, ahli matematika
8. Gaya dasar tersebut
adalah gaya gravitasi, gaya elektromagnet, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir
lemah; berfungsi membang un, mengatur, dan memelihara keseimbangan alam
semesta-baca The Eleganf Univese dari Brian Greene. Sedangkan "gaya dasai"
yang bekerja mengatur keseimbangan'Arsy ada delapan. Sebuah riwayat
menjelaskan baru 4 malaikat yang mendukung 'Arsy; lihat tafsir M. Quraish
Shihab seputar 'Arsy.
“…Lanjut Kebagian Yang Ke Tujuh…”
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam
(Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Struktur kodetifikasi, enkripsi, bukan saja di tingkat
surat dan ayat, tetapi juga sampai tingkatan ayat, kata-kata, dan huruf.
Al-Qur’an menyajikan puluhan, bahkan ratusan, struktur yang sangat bervariasi
dari berbagai tingkatan. Namun semuanya tidak lepas dari bilangan prima dan
prima kembar seperti 29 dan 31.
Kalimat Basmallah
Setiap surat berisikan sejumlah ayat yang dalam bahasa
Arab dikenal sebagai ayah atau “tanda kekuasaan Allah”. Secara struktur,
ia berhubungan dengan 29 surat berinisial dengan bentuk (10 + 19). Kalimat ini
dikenal pula dengan kalimat basmallah. Ia mempunyai 4 kata dan 19 huruf Arab
yang tersusun secara sistematis, dan artinya adalah “Dengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”.1
Bilangan disusun selain berhubungan dengan angka 19 juga berhubungan dengan
angka bilangan prima 29.
Sejak awal, dalam kalimat basmallah, kata bismi
ditulis tanpa huruf alif sebagaimana halnya pada kata yang sama pada
awal Surat al-A’la (Iqra‘), menurut al-Qurtubi (w. 671 H), atas dasar
alasan praktis. Namun az-Zarkasyi (w. 794 H) mengatakan bahwa tata cara
penulisan al-Qur’an mempunyai rahasia-rahasia tertentu.2 Pendapat tersebut memang benar, sebab bila
ditulis dengan huruf alif, kalimat basmallah menjadi 20 huruf,
bukan 19 huruf. Kalau ditulis dengan 19 huruf, maka akan sama dengan banyaknya
dengan huruf pada hauqalah: La haula wa la quwwata illa billah atau
“Tiada daya untuk memperoleh manfaat dan tiada daya untuk menolak kesulitan
kecuali dengan bantuan Allah”.
Di bawah ini ringkasan kalimat basmallah yang
diatur berdasarkan kata dan huruf Arab. Perlu diketahui, berdasarkan perbedaan
dialek, bisa saja kalimat ini terdiri lebih dari 19 huruf sebagaimana pendapat
sebagian kecil Muslim yang tidak menggunakan mushaf Utsmani.
Jumlah nomor kata adalah 1 + 2 + 3 + 4 = 10, sedangkan
jumlah huruf 19! Jumlah total, nomor kata dan huruf adalah (10 + 19) = 29.
Bilangan prima ke-10 adalah 29. Strukturnya istimewa apabila kita susun
angka-angka nomor kata dan jumah huruf per kata, akan kita dapatkan bilangan
13243646.
TABEL 1.
KALIMAT BASMALLAH DENGAN STRUKTUR 29 DAN 19
(Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Perhatikan! Angka 1 adalah nomor kata dan angka 3
adalah jumlah huruf kata pertama, seterusnya angka 2 adalah nomor kata, dan 4
adalah jumlah huruf kata kedua, demikian seterusnya. Perhatikan berikutnya :
1 3 2 4 3 6 4 6 = 19 x 697034 = 19
x 19 x 36686 dan, ….
1+3+2+4+3+6+4+6 = 6+9+7+0+3+4= 3+6+6+8+6= 29 !
1+3+2+4+3+6+4+6 = 6+9+7+0+3+4= 3+6+6+8+6= 29 !
Pertanyaannya, berapa besar kemungkinan suatu kalimat,
yang jumlah nomor kata dan hurufnya 29 merupakan kelipatan 19, dengan jumlah
bilangan hasil baginya juga 29? Kecil sekali, hampir tidak ada. Dengan
demikian, bisa dipahami bila alQut’an dalam pengajarannya menantang manusia
dan jin untuk membuat satu ayat yang menyerupainya. Bukan saja dari sisi
bahasa, arti, dan maknanya, tetapi juga dari komposisi matematisnya.
Kalimat basmallah dalam al-Qur’an berjumlah 114
atau (6 x 19). Tiap surat memuat kalimat pembuka basmallah, kecuali
Surat at-Taubah nomor 9.
Surat ini tidak memiliki kalimat pembuka basmallah! Tetapi dalam surat ke-27,
Surat an-Naml, yang artinya semut, terdapat dua kalimat basmallah, satu lagi di
ayat nomor 30. Perhatikan, jumlah surat dari 9 ke nomor 27 adalah 19 surat.
Lebih lanjut, bila angka 9 dijumlah sampai dengan angka 27, kita dapatkan:
9+10+11+12+13+14+15+….+27=342; atau (19 x 18)
Suratat-Taubah,suratkhusus,yaitusatu-satunyasuratyang
tidak mempunyai kalimat basmallah, bernomor 9. Kita lihat: jumlah 3 + 4 + 2 =
9, sama dengan jumlah (1 + 8).
Sisi lain, kalimat pembuka surat basrnallah hanya
berjumlah 113. Angka ini merupakan bilangan prima ke-30.
Penempatan Nomor Surat
dengan Huruf Qaf
Inisial huruf qaf dalam al-Qur’ an sangat spesifik. Ia
berhubungan dengan kata Qur’an yang disebut 57 kali atau (19 x 3) dalam
al-Qur’an. Elarbi Bouqdib3 menemukan
susunan yang dikategorikan sebagai sistem parity check. Huruf qaf dipakai untuk
proteksi nama surat dan penempatan surat supaya tidak tertukar. Ia pun dipakai
untuk pengawasan paritas pada suratsurat tertentu yang berhubungan dengan
jumlah ayat, dan banyaknya huruf.
TABEL 2.
STRUKTUR NAMA SURAT YANG MEMAKAI HURUF QAF, 20 SURAT
(Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Dari 114 nama surat terdapat 20 surat yang memakai
huruf qaf. lintuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Kodetifikasi huruf qaf ini diketahui bila kita
menjumlahkan tiap digit nomor surat tersebut di atas. Jumlahnya:
2 + 2 + 5 + 2 +8+31+4+6+5+0+5+4+5+6+6+3+6+5 +1+0+6
+1+1+3=190,atau (19x10).
Penulis menemukan dari 20 nama surat tersebut terdapat
4 surat yang “ter-enkripsi’ bernomor bilangan prima: 31, 97, 101, 113. Jumlah
nomor surat tersebut adalah 31 + 97 + 101 + 113 = 342 atau (19 x 18).
Artinya 20 surat ini hanya bisa menempati posisi nomor tertentu, dengan nama
surat yang spesifik seperti di atas. Dikunci lagi dengan 4 surat harus bilangan
prima, yang jumlahnya pun kelipatan 19. Kode bertingkat ini dikunci lagi dengan
kaidah struktur ketiga, yaitu pembagian surat homogen dan heterogen, yang
dijelaskan pada bab sebelumnya. Lengkap sudah, nama dan jumlah surat, nomor
surat, jumlah ayat tiap surat, posisi ayat, terstruktur tidak boleh berubah.
Penempatan Qaf dengan Nomor Surat dan Jumlah Ayat
Inisial huruf qaf juga menunjukkan kodetifikasi
hubungan nomor surat, huruf qaf, dan jumlah ayat surat tersebut. Ini
juga berarti tiap huruf sisipan fawatih, merupakan kode sendiri untuk
surat-surat yang berinisial.
- Huruf qaf sebagai ayat tersendiri dimuat di surat nomor 42 pada ayat dua, yaitu asy-Syura yang artinya musyawarah. Sedangkan pada surat nomor 50 atau Surat Qaf, huruf tersebut bukan ayat tersendiri, dicantumkan pada permulaan ayat pertama. Jumlah huruf qaf masing-masing surat adalah 57, atau jumlah seluruhnya 114, sama banyaknya dengan jumlah surat al-Qur’an.
- Surat nomor 42, asy-Syura, terdiri dari 53 ayat. Jumlah nomor surat dan ayatnya 42 + 53 = 95, atau (19 x 5).
- Surat nomor 50, Qaf, terdiri dari 45 ayat. Jumlah nomor surat dan ayatnya pun seimbang, 50+45 = 95, atau (19 x 5).
Hubungan Basmallah, Nomer Surat, dan Jumlah Ayat
Enkripsi juga ditemukan antara kalimat basmallah
dengan nomor surat dan jumlah ayat-ayat bilangan prima. Sebagaimana diketahui,
dalam 114 surat terdapat 30 nomor surat yang merupakan bilangan prima, dan 32
surat dengan jumlah ayatnya merupakan bilangan prima. Kalimat basmallah
diketahui memegang peranan yang sangat penting ketika nomor surat maupun
ayat-ayatnya merupakan bilangan prima. Ia menjadi penyeimbang dan pelengkap.
TABEL 3.
NOMOR SURAT DENGAN BILANGAN PRIMA &
AYAT-AYAT MERUPAKAN BILANGAN PRIMA,
JUMLAH KELIPATAN 19
(Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Jumlah bilangan menjadi :
1076 + 7 = 1083 atau (19 x 57)!
Sampai di sini pembaca tentunya dapat menyimpulkan
bahwa pemakaian kalimat basmallah dalam struktur enkripsi al-Qur’an adalah
sebagai pembuka, penyeimbang, dan pelengkap-melengkapi jumlah ayat,
menyeimbangkan surat dan ayat bentuk bilangan prima, serta sebagai ayat pembuka
setiap surat.
Penyebutan Angka-angka
“Segala sesuatu dihitung dengan teliti satu persatu” termasuk penyebutan angka. Hanya 30
bilangan saja yang disebut alQur’an, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9,10,11,12,19, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 99, 100, 20Q, 300, 1.000, 2.000,
3.000, 5.000, 50.000, dan 100.000. Jumlah angka tersebut 162.146
atau (19 x 8.534)!
Paling menarik, penyebutan angka 30 dalam al-Qur’an
hanya dua kali, yaitu diposisikan pada Surat al-A’raf, “tempat tinggi”, (QS 7:
142) dan Surat al-Ahqaf, “bukit-bukit pasir”, (QS 46: 15). Jika dihitung jumlah
digit nomor surat dan nomor ayatnya, maka jumlahnya adalah 7 + 1 + 4 + 2 + 4 +
6 + I + 5 = 30. Luar biasa, bukan?
“Dua
menghitung segala sesuatu satu persatu”. ( al-Jinn
72 : 28).
Dengan demikian, jelaslah makna menghitung segala
sesuatu, bukan saja amal manusia tetapi juga termasuk penulisan ayat-ayat
al-Qur’ an.
Lalu kita kembali lagi pada pertanyaan mengapa
bilangan prima? Khususnya bilangan prima kembar?
Bilangan prima adalah bahasa universal yang dapat
dikomunikasikan antara makhluk-makhluk yang berintelegensia tinggi.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, para pemikir matematika percaya bahwa ada
hubungan dengan “desain alam semesta”.
Dari sisi enkripsi, kodetifikasi atau proteksi suatu
pesan, coba kita pikirkan:
Bila kita memakai angka biasa dari 1 sampai 100, maka
ada enkripsi 100 bilangan. Coba kita pakai bilangan prima, maka hanya
diperlukan enkripsi 25 angka saja. Dari bilangan prima tersebut, kita pakai
bilangan khusus yang disebut prima kembar, maka dari angka 1 sampai 100
terdapat bilangan prima kembar, sebagai berikut: 3 dan 5, 5 dan 7,
11 dan 13, 17 dan 19, 29 dan 31, 41
dan 43, 59 dan 61, terakhir 71 dan 73. Cukup 8 pasang angka saja untuk enkripsi
bilangan dari 1 sampai 100.
Lalu mengapa angka 19 yang menonjol ?
Menurut mufasir modern, angka 19 berhubungan dengan
kata Wahid dalam al-Qur’an atau ber hubungan dengan simbol ke-Esa-an
Tuhan, di mana jumlah nilai gematrikal-nya tiap huruf (wahid) atau al-jumal
adalah 19 juga. Mufasir modern seperti Dr. Tariq mengatakan, W = 6, A =
1, H‘ = 8, D = 4, total 19. Dari segi bahasa, kata wahida, berasal dari
kata wahada yang berarti “tak terbilang” atau “awal dari bilangan“. Arti umum
adalah “tidak ada bandingannya” atau “tidak ada yang menyerupainya”. Kata Wahid
dalam al-Qur’an disebut 20 kali, tetapi yang berhubungan dengan “Ke-Esa-an
Tuhan” hanya 19 kali. Sisanya 1 kali, menyatakan bilangan yang berarti satu.
Dengan demikian, beberapa mufasir ahli matematika, seperti Dr.
Tariq, berpendapat bahwa angka 19 ini bisa diartikan simbol atau cap
keesaan Tuhan.
Dari sisi struktur bilangan, pola 19 + 1 mengingatkan
kita akan struktur asam amino pada DNA manusia:l9 simetris berpasangan dan 1
asimetris tidak berpasangan.
TABEL 4.
TABEL AL-
JUMAL, ATAU NILAI GEMATRIK TIAP HURUF ARAB
(Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Keterangan Terkai :
1. Ayat ini merupakan
pernyataan yang paling kuat, bahwa Allah mempunyai sifat Maha Pengasih dan Maha
Penyayang, di mana kalimat ini merupakan kalimat pembuka al-Qur'an--kitab
bacaan yang dialamatkan bagi seluruh manusia, baik Muslim maupun non-Muslim.
Hal ini menjadi catatan sendiri mengingat banyaknya evangelic dari Amerika
Serikat, berpendapat bahwa Tuhan Muslim "mengajarkan kebencian terutama
kebencian kepada non-Muslim."
“…Lanjut
Kebagian Yang Ke Enam…”
21 November
2012 | Categories: Islam, Islam (Ilmu Matematika Alam Semesta Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Mufasir
modern sepakat bahwa al-Qur’an dalam penggambarannya sangat istimewa, karena
struktur sistematikanya matematis.1 Al-Qui an menggunakan kodetifikasi
bilangan prima secara bertingkat: surat, ayat, kata, dan huruf. Dua dekade
yang lalu, pembahasan masalah seperti ini merupakan hal yang sensitif, karena
bisa dipandang “memperkosa” ayat-ayat alQur’an. Di satu sisi, tingkat penemuan
yang membahas angkaangka masih “dangkal” — sehingga kurang menarik. Namun
kini, dengan banyaknya alat bantu seperti komputer dan kemajuan di bidang
sains yang berhubungan satu sama lain, studi mengenai “kodetifikasi” al-Qur’an
makin menampakkan hasilnya yang luar biasa. Tentu saja, walaupun isinya sama.
Hanya al-Qur’an mushaf Ustmani saja yang dipakai, dan hanya versi itulah yang
memenuhi kriteria kodetifikasi al-Qur’an, sebagaimana bahasa aslinya pada saat
wahyu diturunkan.
Penomoran
surat dan penempatan ayat disusun berdasarkan petunjuk Nabi, tidak sama dengan
urutan turunnya wahyu. Hal ini membingungkan para mufasir klasik selama berabadabad
dan menjadi sasaran kritik para Orientalis. Sekarang telah diketahui, karena di
samping susunan isinya yang serasi dan harmonis, pembaca yang serius akan
menemukan contohcontoh struktur bilangan prima dari ratusan struktur yang ada.
Istimewa sekali karena struktur tersebut menggunakan bilangan prima kembar, di
samping ujicoba dengan menggunakan Hukum Benford untuk “melihat keaslian”
al-Qur’an.
Apa benar
dalam al-Qur’an terdapat kodetifikasi tertentu? Mana mungkin dalam kitab
“antik” ada struktur matematikanya?
Segala
“Sesuatu” dengan Hitungan yang Teliti
Paling
tidak, terdapat dua ayat yang memberikan informasi bagi kita bahwa al-Qur’an
diturunkan dengan “hitungan”.
Pertama, dalam Surat al-Jinn, Tuhan menciptakan segala sesuatu
(kejadian dan semua objek di alam semesta) dengan “hitungan yang teliti satu
persatu”, yaitu dari kata Arab, ‘adad.
“Supaya Dia
mengetahui bahwa sesungguhnya rasut-rasul itu telah menyampaikan
risalah-risalah Tuhannya, sedang sebenarnya ilmuNya meliputi apa yang ada pada
mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (QS al-Jinn
72 : 28).
Esensi ayat
ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal.
Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur
al-Qur’an, tidak ada yang kebetulan. Semuanya ditetapkan dengan hitungan yang
sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmu tersebut meliputi
risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang ada pada para Rasul. Dalam
kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai “hitungan tersebut”, mulai
dari yang sederhana sampai yang paling rumit.
Oksigen (O2)
memberikan kehidupan kepada semua makhluk di bumi melalui sistem pernafasan;
sangat vital. Tetapi bila kelebihan hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O3);
yang bila dihirup manusia boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila
ditempatkan di atas atmosfer bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap
sebagian sinar-sinar ultraviolet yang berbahaya (radiasinya) bagi makhluk di
bumi. Demikian juga karbon adalah elemen kimia yang sangat penting bagi semua
makhluk hidup, karena semua organisme dibangun dari senyawa karbon.2 Tetapi
bila ia bersenyawa dengan oksigen yang sama-sama berguna. Senyawa baru tadi
menjadi gas yang berbahaya bagi manusia, yaitu CO2
Lebih lanjut
untuk memahami “hitungan yang terstruktur” atau al-’adad:
Hitungan
yang sangat teliti atau lebih rumit kita dayntkan pada hormon manusia.
Misalnya, C18H24O2 adalah horman estrogen
yang bertanggung jawab atas sifat-sifat kewanitaan. Berlebih hitungan satu atom
karbon saja, ia menjadi C19H28O2 Hormon
testosteron, yang bertanggung jawab atas sifat-sifat pria.3
Hitungan
yang terstruktur ditemukan juga pada DNA, sangat rumit dan mencengangkan:
Terdayat 3
miliar kode kimia dalam DNA yang harus dipecahkan olch ilmuwan: setiap sel
manusia merupakan sebuah ensiklopedia yang memuat informasi sejuta halaman.
Setiap individu manusia akan berbeda informasinya terdiri dari sekitar 100
triliun sel, artinya terdayat 100 triliun perpustakaan yang sama. Sebuah
gambaran yang sulit dipercaya: 100 triliun x 1000 buku ilmu pengetahuan. Isinya
Iebih banyak dari bufir pasir di dunia. Sistern hitungan ini sangat kompleks.
Semua makhluk hidup diplanet ini telah diciptakan menurut Paparan kode yang
ditulis dalam bahasa yang sama.4
Kedua, al-Qur’an menjelaskan bahwa untuk menambah
keimanan para pembaca kitab (Yahudi, Kristen, Islam, dan lainnya), maka ia
memberikan kita “enkripsi” atau “kode” bilangan 19. Dalam bahasa al-Qur’an
disebut “suatu perumpamaan yang sangat aneh”, atau matsal. Berguna
untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius, berpikir terbuka,
dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi orang-orang yang berprasangka,
tertutup dan “menentang” kitab.
Keterangan
tersebut dimulai ketika kita membaca Surat alMuddatstsir:
“Neraka
(saqar) adalah pembakar kulit rnanusia. Di atasnya ada sembilan belas (19)
penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan
tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadi cobaan bagi orang-orang
kafir, supaya orangorang yang diberi al-Kitab menjadi yakin, dan supaya
orang-orang yang beriman bertambah iman nya, dan supaya orang-orang Mukmin itu
tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatankan): ‘Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan
ini sebagai suatu perumpamaan?’ “ (al-Muddatstsir 74: 29-31)
Kisah ini
awalnya dimulai ketika-menurut at-Turmudzi, yang meriwayatkan dari sahabat
Nabi, Jabir ibn ‘Abdillah’5 - sebagian orang Yahudi bertanya kepada
sekelompok sahabat Nabi saw, “Apakah Nabi anda mengetahui jumlah penjaga neraka?”
Maka turunlah ayat ini kepada Nabi, karena ditanyakan oleh para sahabat.
Riwayat lain menyimpulkan, ketika turun ayat 30 surat ini, Abu Jahal berkata,
“Kalian adalah orangorang kuat dan pemberani, apakah kalian tidak mampu
mengalahkan ke-19 penjaga neraka itu? Salah seorang di antara mereka yang
bernama Abu al-Ayad ibn Kaidah al-Jumahiy, berkata dengan angkuhnya, “Dengan
tangan kananku kukalahkan sepuluh dan dengan tangan kiriku sembilan”.
Dari situ,
angka 19 menjadi “perumpamaan yang aneh” atau matsa! bagi para
ilmuwan yang membaca al-Qur’an. Karena ditemukan ratusan struktur matematis
yang berhubungan dengan bilangan prima.
Struktur Utama
Struktur
matematis al-Qui an sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah
struktur bilangan prima kembar 19.
Struktur Pertama
Struktur
pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur’an.
Jumlah surat di dalam al-Qur’an adalah 114. Angka 114 adalah angka
ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6
x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617.
Kita ketahui pula, isi al-Qui an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan
komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22,
24, 25, 26, 27, 28, 30.
Struktur Kedua
Ditemukan
kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas. Sehingga isi yang diterima
diyakini asli oleh “pembaca”, dan tidak berubah.
Al-Qur’an
terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat
yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah
al-Fatihah dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah
dengan 286 ayat merupakan surat dengan ayat genap.
Prof.
Abdullah Jalghoom dari Yordania menemukan suatu ketentuan paritas dengan
kondisi di atas; jumlah ke-60 surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau
(345 x 10) dan jumlah nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.150
atau (345 x 9). Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari
sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+….+114=6.555.
Dengan
demikian, nomor surat dan jumlah ayat-ayatnya tidak dapat dipertukarkan – jika
tertukar – struktur di atas tidak berlaku. Misalnya, Surat al-Fatihah ditukar
tempatnya dengan Surat al-Baqarah maka jumlah ayat-ayat yang genap menjadi
3.449 dan jumlah ayat-ayat yang ganjil menjadi 3.151.
Struktur Ketiga
Parity check juga ditemukan dalam pembagian nomor surat
dengan jumlah ayatnya-menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Al-Qur’an
dengan 114 surat terbagi dua susunannya:
- 57 surat yang homogen, di mana nomor suratnya sama dengan jumlah ayat yang dikandungnya, yaitu genap-genap atau ganjil-ganjil Contoh Surat al-Fatihah atau “Pembukaari’ dengan nomor surat 1 atau ganjil, jumlah ayat yang dikandungnya juga ganjil, yaitu 7 ayat. Contoh lain adalah Surat al-Baqarah atau “Sapi Betina”. Nomor surat 2 atau genap, jumlah ayat 286 atau genap pula. Surat homogen ini, jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.236, atau sama banyaknya dengan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya!
- 57 surat yang heterogen, di mana nomor suratnya berlawanan dengan jumlah ayatnya, yaitu genap-ganjil atau ganjilgenap. Misalnya, Surat Ali’Imran, nomor surat 3 atau ganjil, jumlah ayat 200 atau genap. Jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.555 atau sama dengan jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan 114, (1+2+3+4+….+114). Dengan rumus sederhana:
( N + 1 ) /
2 x N = 115 / 2 x 114 = 115 x 57 = 345 x 14 = 6.555
Bila kedua
kelompok surat ini dijumlahkan, akan menghasilkan bilangan prima: 6.236 +
6.555 =12.791, bilangan prima ke-1.525. Struktur ini merupakan enkripsi antara
jumlah nomor surat dengan jumlah ayat al-Qur’an.
TABEL 1.
KLASIFIKASISURAT HOMOGEN & SURAT HETEROGEN.6
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
Struktur Keempat
Berpasangan
sempurna dan simetris. Pemilihan angka 114 sangat luar biasa. Pembaca akan
mendapatkan jumlah surat yang sama banyaknya, yaitu masing-masing 38 surat.
Partisi kiri dan kanan, atau kelompok 1 dan 3, jumlah nomor surat menghasilkan
bilangan,yang simetris sempurna sama banyaknya, dan merupakan kelipatan 19,
yaitu (19 x 114). Sedangkan partisi tengah menghasilkan bilangan kelipatan 19,
yaitu (19 x 117). Partisi sebelah kiri adalah bilangan yang dapat dibagi habis
oleh 2, tetapi bila bilangan tersebut juga dapat dibagi oleh angka 3, maka ia
masuk ke partisi tengah. Sedangkan partisi kanan, adalah bilangan yang tidak
dapat dibagi 2 dan atau 3, atau juga merupakan sisanya. Lebih detail,
dijelaskan dalam Tabel 42.7
Struktur Kelima
Hanya ada 19
surat, tidak lebih tidak kurang-dari 114 surat-di mana jumlah nomor surat
dengan nomor ayatnya merupakan bilangan prima (Tabe14.3).
TABEL 2.
SURAT AL-QUR‘AN TERBAGI MENJADI 3 PARTISI SIMETRIS
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
TABEL 3.
19 SURAT YG JUMLAH NOMOR SURAT & AYATNYA MERUPAKAN BILANGAN PRIMA
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
Struktur Keenam
Jumlah 19
surat yang pertama dari surat dengan jumlah ayat-ayat bilangan prima merupakan
kelipatan 19 sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
TABEL 4.
19 SURAT PERTAMA DARI AYAT-2 BILANGAN PRIMA
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
Struktur Ketujuh
Al-Qur’an
juga terbagi dua, 29 urat dengan
sisipan huruf di permulaan surat (fawatih), suatu kombinasi misterius
dari abjad, seperti nun, shad, alif lam. Semuanya ada 14 huruf Arab yang
telah digunakan. Kombinasi-kombinasi huruf itu merupakan awalan, dengan 2
surat pengecualian, hanya pada surat Makiah. Angka 29
adalah bilangan prima, bilangan ke-10. Sisanya 85 surat, dengan faktor prima 5
dan 17, tidak mempunyai sisipan huruf. Berhubungan dengan perintah shalat, 5
kali sehari berjumlah 17 raka’at.
Dari 29 surat
yang mempunyai sisipan ini, terstruktur sebagai berikut:
- 19 surat di mana kombinasi hurufnya merupakan ayat tersendiri. Contohnya adalah Surat al-Baqarah, surat nomor 2. Sisanya, 10 surat, hurufnya bukan merupakan ayat tersendiri.
- 19 surat di mana nomor suratnya bukan bilangan prima. Contohnya, Surat Thaha, surat nomor 20. Sisanya,10 surat, bernomor bilangan prima: 2, 3, 7, 11, 13,19, 29, 31, 41, dan 43. Coba perhatikan, surat 19 ditempatkan pada urutan nomor 6 dari urutan bilangan prima pada 10 surat tadi, artinya (6 x 19 =114), sama banyaknya dengan jumlah surat al-Qur’an. Jumlahnya pun: 2 + 3 + 7 + 11 + 43 = 197, 199 merupakan bilangan prima kembar, bilangan prima ke-46.
- Surat 19 , Maryam, merupakan surat yang ke-10 dari 29 surat ini.
TABEL 5.
TABEL SURAT FAWATIH, 29 SURAT
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
Coba
perhatikan susunan surat pada tabel sebelumnya. Surat al-’Ankabut atau
“Laba-laba”, terletak di posisi tengah, dengan nomor surat 29.
Sebelumnya terdapat 14 surat fawatif dan sesudahnya juga terdapat 14 surat
fawatih. Surat fawatih ini mulai dari surat nomor 2, al-Baqarah, sampai dengan
nomor 68, Surat al-Qalam. Posisi ini simetris murni. Lebih lanjut, surat ke-5
dari tengah (15) adalah surat nomor 19, dan surat ke-5 setelahnya adalah surat
nomor 38, atau (2 x 19). Perhatikan pula, dari Surat Maryam nomor 19
sampai akhir, ada 19 surat fawatih. Demikian pula, sebelum Surat Shad
nomor 38, terdapat 19 surat fawatih.
Struktur
atau bentuk (10 + 19) surat-surat ini makin jelas, karena baik Surat Maryam
maupun Surat Shad sama-sama terletak di posisi nomor 10, dari urutan depan dan
dari urutan belakang.
Apakah Muhammad saw yang Mengatur Itu?
Profesor
Bassam Jarrar8 menemukan bahwa,
selain pengaturan jumlah huruf-huruf sisipan tadi, turunnya surat teratur
berdasarkan nomor urutan dan jumlah huruf sisipan.
- Surat al-Qalam, bernomor 68, adalah surat pertama fawatih yang turun dengan sisipan huruf Nun. Fawatih ini tidak diulangi (hanya satu kali), karena berikutnya surat 50, Qaf, dengan huruf qaf. Diulang kedua kalinya pada ayat pertama surat 42, asy-Syura. Di sini menariknya: surat ketiga yang muncul adalah surat nomor 38, Shad, dengan huruf fawatih shad. Diulang hingga tiga kali pula, yaitu ayat pembukaan pada surat nomor 7 dan nomor 19. Lalu, apa artinya? Artinya, turun pertama kali, nun dipakai satu kali. Turun kedua, qaf dipakai 2 kali. Turun ketiga, shad, dipakai 3 kali.
- Di antara surat fawatih, surat nomor 2 sampai dengan surat nomor 68, terdapat 38 surat bukan fawatih, atau (2 x 19)! Lebih lanjut, bilangan 38 ini sama dengan kemunculan huruf fawatih: Alif, Lam, Mim, dan sebagainya.
TABEL 6.
JUMLAH KEMUNCULAN HURUF FAWATIH
(Klk Gambar
Untuk Memperbesar)
Coba
perhatikan surat-surat fawatih ini. Mereka disusun sangat unik, simetris satu
sama lain, dan surat nomor 29 diletakkan di tengah-tengah 29 surat.
Dengan kata
lain 114 surat al-Qur’an ditandai dengan 19 surat yang membentuk bilangan
prima-jumlah nomor surat dan ayatnya. Ditandai pula dengan 29 surat
fawatih, di mana dalam 29 surat itu di-enkripsi dengan 19 surat
lagi berupa huruf fawatih yang merupakan ayat tersendiri. Simetris sempurna
karena surat bernomor 29 diletakkan di tengah diapit simetris oleh surat
19 dan surat bernomor 38 atau (19 x 2). Sedangkan sisanya 85
surat, (17 x 5), adalah hasil kali dua bilangan prima kembar berhubungan
dengan shalat. “Kebetulan” kata Allah yang ke-19 berdampingan dalam satu
ayat dengan kata shalat yang ke-17 dalam Surat an-Nisa’ ayat 103, bukan
surat fawatih (dijelaskan dalam Bab Shalat).
Kita lihat
juga dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kombinasi huruf fawatih
ada 14 bentuk, sama dengan huruf Arabnya, yaitu sisipan dari: N, Q, H,
S, T, ‘A, Y, H, K, R, ‘Sh, M, L, A.
Surat al-’Ankabut: Penengah, Sistem
Heksagonal, Gelembung Alam Semesta
Surat nomor 29,
al-’Ankabut atau Laba-laba, atau surat penengah, karena terletak di
tengah-tengah surat fawatih, urutan ke-15. Berjudul laba-laba karena dalam
surat ini terdapat hanya satu ayat yang menceritakan “rumah laba-laba”, yaitu
pada ayat 41.
“Sesungguhnya
rumah yang paling lemah adalah rumah labalaba” (al-’Ankabut
29:41).
Lalu mengapa
al-Qur’an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?
Dalam
matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian
paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara “rumah laba-laba” yang
berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta
hipotesis susunan (banyak) alam semesta.
Bentuk
heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling
efisien dalam memanfaatkan semua area yang ada, karena dengan volume yang sama
tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibandingkan bentuk
segi lainnya9 - misalnya, segi 8
atau segi 5. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA – dapat ditemukan di
mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur
(terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang labalaba, sarang (sel) lebah,
molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang
membeku 10. Hipotesis dari para
ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta
seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi
6 gelembung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola
heksagonal. Lalu mengapa angka 6? Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya
kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau
sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang
istimewa; bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5).
Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3), dan bilangan 5 dan 7, di
tengahnya angka 6. Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka
42 (6 x 7). Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli
astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1 + 6. (satu di tengah,
dikelililingi 6 lainnya).
Faktanya,
Surat al-’Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba):
kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, dengan angka yang diapit bilangan
30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.
Sehubungan
dengan angka 41, kriptogram Frank Drake menggunakan kode 1271 garis : produk
dari bilangan prima 31 dan 41. Peralatan ini dapat dipergunakan
untuk memecahkan kode komunikasi antargalaksi, yang diterima dari sinyal-sinyal
ETI, Extra Terrestrial Intelligent.11
Nah,
sekarang pembaca mendapat pengertian baru, mengapa struktur jumlah surat
al-Qur’an “kebetulan” merupakan rangkaian matematik (19 x 6), dengan
koefisien angka 6, yang sebelumnya tidak terungkap. Sekali lagi, bilangan prima
kembar 5 mewakili jumlah shalat dalam sehari, prima kembar 7
mewakili lapisan langit dan bumi (7lapisan dimensi/alam), 17 mewakili
jumlah rakaat shalat,19 mewakili kalimat basmallah dan struktur
al-Qur’an, dan 29 mewakili surat-surat fawatih. surat-surat lainnya
menggunakan bilangan prima 31 dan 41, misalnya Surat ar-Rahman dengan bilangan 31
dan ayat di atas menggunakan bilangan 41. Semua mewakili bilangan prima
kembar yang mengapit pola angka 6: 6, 12, 18, 24, 30, 36,….n.
Surat
“Penengah” ini seolah-olah ingin menunjukkan rahasia alam semesta-dari pola
heksagonal sarang laba-laba:
Sebagian besar astrofisikawan percaya
bahwa susunan multi alam semesta (‘alamin) mengambil pola heksagonal; di mana
“gelembung (bubble) tengah” dikelilingi oleh “6 gelembung lainnya dengan
ukuran sama”. Susunannya kira-kira sama dengan ice flake, yang dibentuk
oleh molekul air. Ini adalah gambaran yang palirng mendekati – karena (multi)
alam semesta belum dapat dibuktikan hanya diyakini oleh para ilmuwan dengan
pengukuran gaya gravitasi di kosmos dan jalannya cahaya.12
Al-Qur’an
yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai
dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik.
Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian
rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertukarnya ayat, apalagi tertukarnya
surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa
al-Qur’an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak ‘azali.
Keterangan Terkait :
2. Contohnya adalah Dr.
Carl Sagan dan Frank Drake, yang menemukan cryptogram untuk komunikasi
antar-bintang: pemecah kode komunikasi dari sinyal ETI, Extra Terrestrial
Intelligent.
3. Baca lebih lanjut Peter
Plichta, God's Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.
diterima 23 Desember 2003.
Lebih lengkap baca "Our Casmic Habitat" dari Profesor Sir
Martin Rees, seorang ahli kosmos. Gravitasi adalah salah satu gaya dasar di
alam semesta yang paling lemah, dari empat gaya dasar yang diketahui.
“…Lanjut Kebagian yan ke Lima…”
21 November 2012 | Categories: Islam, Islam (Ilmu Matematika Alam Semesta
Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
Bilangan prima adalah dasar dari matematika, termasuk salah satu misteri
alam semesta. Tidak pernah terbayangkan oleh manusia sebelumnya, sampai
ditemukan bahwa bilangan prima juga merupakan dasar dari kehidupan alam, yang
dengan usaha keras ingin dijelaskan oleh ilmu ini dalam sains. Pandangan orang
umumnya mengatakan bahwa matematika hanyalah penemuan manusia biasa.
Sebaliknya, beberapa pemikir masa lalu – Pythagoras, Plato, Cusanus, Kepler,
Leibnitz, Newton, Euler, Gauss, termasuk para revolusioner abad ke-20, Planck,
Einstein dan Sommerffeld-yakin bahwa keberadaan angka dan bentuk geometris
merupakan konsep alam semesta dan konsep yang bebas (independent).
Galileo sendiri beranggapan bahwa matematika adalah bahasa Tuhan ketika
menulis alam semesta.
Bilangan Prima dan
Rencana Penciptaan
Salah satu teka-teki lama yang belum sepenuhnya terpecahkan adalah
bilangan prima. Bilangan prima adalah bilangan yang hanya dapat habis dibagi
oleh bilangan itu sendiri dan angka 1. Angka 12 bukan merupakan bilangan prima,
karena dapat habis dibagi oleh angka lainnya 2, 3, dan 4. Bilangan prima adalah
2, 3, 5, 7, 11, 13, …. dan seterusnya. Banyak bilangan prima tidak terhingga.
Tidak peduli berapa banyak kita menghitung, pasti kita akan menemukan bilangan
prima, walaupun mungkin makin jarang_ Hal ini menjadi teka-teki kita, jika kita
ingat bilangan ini tidak dapat dibagi oleh angka lainnya. Salah satu hal yang
menakjubkan, dalam era komputer kita memberikan kodetifikasi semua hal yang
penting dan rahasia, di bank, asuransi, dan perhitungan-perhitungan peluru
kendali, security system dengan enkripsi, dalam angka jutaan bilangan-bilangan
yang tidak habis dibagi oleh angka lainnya. Ini diperlukan karena dengan
penggunaan angka lain, kodetifikasi tadi dapat dengan mudah ditembus. Fenomena
inilah yang ditemukan ilmuwan dari Duesseldorf (Dr. Plichta), sehubungan
dengan penciptaan alam, yaitu distribusi misterius bilangan prima.
Para ilmuwan sudah lama percaya bahwa bilangan prima adalah bahasa
universal yang dapat dimengerti oleh semua makhluk (spesies) berintelegensia
tinggi, sebagai komunikasi dasar antarmereka. Bahasa ini penuh misteri karena
berhubungan dengan perencanaan universal kosmos.
Bilangan lain yang perlu diketahui adalah sisa dari bilangan prima, yakni
bilangan komposit, kecuali angka 1, yaitu 4, 6, 8, 9,10,12,14,15, …. dan
seterusnya. Dengan kata lain, bilangan komposit adalah bilangan yang terdiri
dari minimal dua faktor prima.
Misalnya :
6 = 2 x 3 = 2 . 3
30 = 2 x 3 x 5 = 2 . 3 . 5
85 = 5 x 17 = 5 . 17
30 = 2 x 3 x 5 = 2 . 3 . 5
85 = 5 x 17 = 5 . 17
Selain itu, dikenal pula bilangan khusus, yang disebut prima kembar, yaitu
bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2. Misalnya :
(3,5), lalu (5,7), lalu (11,13), lalu (17,19), lalu (29,37), dan
seterusnya.
TABEL 1.
BILANGAN PRIMA SAMPAI DENGAN INDEKS KE-120
Catatan :
“Angka-angka yang dicetak tebal degan latar belakan berwarna biru laut adalah angka yang muncul dalam struktur al-Qur’an.” (Klk Gambar Untuk Memperbesar)
“Angka-angka yang dicetak tebal degan latar belakan berwarna biru laut adalah angka yang muncul dalam struktur al-Qur’an.” (Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Mayoritas ahli astrofisika juga percaya bahwa di alam semesta terdapat
“kode kosmos” atau yang disebut cosmic code based on this order, yang dikenal
juga sebagai Theory of Everything (TOE), yang artinya terdapat
konstanta-konstanta alam semesta yang saling berhubungan berdasarkan perintah
pendesain. Sekali perintah tersebut dapat dipecahkan, maka hal ini akan membuka
pandangan sains lainnya yang berhubungan.
Mayoritas ahli astrofisika juga percaya bahwa di alam semesta terdapat
“kode kosmos” atau yang disebut cosmic code based on this order, yang dikenal
juga sebagai Theory of Everything (TOE), yang artinya terdapat
konstanta-konstanta alam semesta yang saling berhubungan berdasarkan perintah
pendesain. Sekali perintah tersebut dapat dipecahkan, maka hal ini akan membuka
pandangan sains lainnya yang berhubungan.
Bilangan Prima 19
Salah satu angka yang dipandang misterius atau unik adalah angka 19.
Meskipun Pythagoras, Euler dan Gauss telah lama memikirkannya, tetapi struktur
komplek ini tetap juga belum diketahui jawabannya.
TABEL 2.
STRUKTUR BILANGAN PRIMA 19 DG KOMBINASI (10+9) & INDEKS ANGKA 8
(Klk Gambar Untuk Memperbesar)
Tabel di atas sengaja ditampilkan sebagi pengenalan awal, karena dalam
al-Qur’an banyak digunakan struktur (10 + 9), atau kombinasi (11 + 8) dalam
bilangan prima 19.
19 dan 81
Dr. Peter Plichta ahli kimia dan matematika dari Jerman3 berpendapat bahwa, tampaknya, semua formula
matematika dan angka-angka berhubungan dengan dua kutub matematika alam semesta
ini. Angka 81 spesifik karena melengkapi angka 19, (19 + 81= 100). Jumlah
angka-angka tersebut adalah 19: 1 + 9+8+1=19.
Bila kita analisis sedikit lebih lanjut, terdapat hubungan angka-angka
tersebut dengan cara:
1:19 = 0,0526315789473684210526
Angka yang berulang secara periodik, berulang dengan sendirinya tepat pada
digit ke-19 sesudah koma, dan, yang menarikjumlah dari angka-angka tersebut ( 0 + 0 + 5 + 2 + 6 + 3 + 1 + 5 + 7
+ 8 + 9 + 4 + 7 + 3 + 6 + 8 + 4 + 2 + 1 ) adalah 81 !
Sekarang:
1 : 81 = 0,012345679 ….
Ups! Angka 8 terlewat, padahal angka yang lain secara periodik muncul.
Hilangnya angka 8 adalah ilusi, dan nilai resiprokal angka 81 adalah
“alamiah”, menghasilkan satu seri sistem desimal bilangan 0,1, 2 …. dan
seterusnya; dan sistem itu bukan buatan manusia. Tetapi mengapa angka 8, bukan
angka lainnya, yang “hilang”? Diduga, karena angka 8 berhubungan dengan angka
19. Bilangan prima ke-8 adalah 19.
Dalam budaya Cina kuno, angka 8 melambangkan yat kwa, delapan penjuru
angin, jalan menuju ke harmoni – keseimbangan kehidupan dengan alam
sekelilingnya. Dalam al-Qur’an, angka 8 merupakan jumlah malaikat, force,
yang menjunjung ‘Arsy (Kursi, Singgasana), mengatur keseimbangan ‘Arsy,
yang bermakna power and authority dominion, baik sebelum maupun saat
Kiamat (al-Haqqah 69 : 17). Sebagian mufasir, seperti Muhammad
Abdul Halim, menerjemahkan ‘Arsy dengan “Majelis Langit”4 atau “Wilayah Pemerintahan Kosmos”. Wilayahnya tidak
terbatas, “di bawah ‘Arsy terdapat (unsur) air” (Hud 11 : 7). Berlimpah unsur hidrogen,
elemen kimia yang paling ringan dari unsur air, H2O. Jauh lebih luas dari alam semesta
yang diketahui.
Komunikasi Interstelar
Baik penulis fiksi ilmiah, misalnya Dr. Carl Sagan dalam bukunya Contact,
maupun para pemikir sains, seperti Galileo, Euclid, telah lama berpendapat
bahwa bilangan prima adalah bilangan universal yang diyakini merupakan bahasa
alam semesta, bilangan yang ada hubungannya dengan desain kosmos, dan dalam
operasionalnya banyak dipakai manusia untuk security system-
kodetifikasi – enkripsi. Termasuk kemungkinan untuk komunikasi interstellar,
antargalaksi, dan komunikasi dengan ETI, Extra-Terrestrial Intelligent.5
Pesan berkode dari Frank Drake, penemu kriptogram, dikirimkan kepada para
ilmuwan dalam upaya mengatasi kesulitan menemukan arti sinyal artificial
extraterrestrial (datang dari luar angkasa, tidak dikenal). Pesan tersebut
terdiri dari 1271 garis (1271 adalah bilangan prima) angka 1 dan nol (atau
bit). Kunci kode dikenali karena 1271 adalah hasil kali dua bilangan prima 31
dan 41, sehingga informasi dapat diperlihatkan dengan 41 garis dengan 31 bit
tiap garis atau 31 garis dengan 41 bit tiap garis. Kemungkinan pertama tidak
berarti, tetapi kemungkinan kedua mempunyai gambaran yang lebih berarti.
Bernard Oliver salah satu penerima sinyal dari Frank Drake, sesama ilmuwan,
dapat memecahkan kode tersebut. Di mana kemungkinan ini memberikan prospek
komunikasi antara makhluk-makhluk di alam semesta dengan spesies yang sama,
bahasa yang sama. Kriptogram Frank Drake dapat memecahkan kesulitan komunikasi
antargalaksi dengan makhluk berinteligensia tinggi lainnya atau ETI, Extra-Terrestrial
Intelligent.
Faktanya, para astronom dan ilmuwan matematika memang percaya bahwa
bilangan biner dan bilangan prima adalah dasar dari komunikasi di alam semesta.
Usaha pertama untuk menghubungi makhluk angkasa luar (SETI) terdiri dari
pesan yang diarahkan ke gugus bintang (alBuruj) M 13 tanggal 16
November 1974, melalui Arecibo radio teleseoye. Pesan Arecibo singkat,
hanya 1679 bits informasi, dikenali karena merupakan hasil perkalian
bilangan prima 23 dan 73. Disusun 73 baris di mana setiap baris terdiri dari 23
karakter biner, “1″ dan “0″. lnformasi memuat nomor atom elemen biologi
yang membentuk senyawa DNA, lokasi bumi dalam tata surya, ukuran dan jumlah
manusia di bumi, angka 1 sampai 10, dan deskripsi dari teleskop yang digunakan.
Pesan ini ditransmisikan dari bumi ke galaksi lain dengan jarak 25 ribu tahun
cahaya.
Keterangan Terkait :
1. Abdullah Arik, Beyond
Probability- God's Message in Mathematics, Journal, Submission
organisation,
2. Contohnya adalah Dr.
Carl Sagan dan Frank Drake, yang menemukan cryptogram untuk komunikasi
antar-bintang: pemecah kode komunikasi dari sinyal ETI, Extra Terrestrial
Intelligent.
3. Baca lebih lanjut Peter
Plichta, God's Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.
4.Baca Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur'an,
atau Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam. Di sisi sains, 'Arsy
adalah wilayah hyperspace, dimensi lebih tinggi dari alam semesta kita
yang dikenal. Isi alam semesta, 5% objek angkasa seperti bintang dan
planet-planet, 25% dark matter, dan sisanya 70 % adalah darkenergy.
Elemen kimia, hidrogen, unsur air melimpah ruah (99,9% ), karena H
adalah elemen paling ringan. Bintang baru mengubah hidrogen menjadi
elemen kimia yang lebih berat, helium. Baca Encyclopedia Outerspace
dari David Darling atau keterangan ahli kosmos Sir Martin Rees dan ahli Fisika
Teori Dr. Michio Kaku: Our Cosmic' Habitat dan Paarallel Universes.
5.http://www.angelfire.com/on2/daviddarling/Drakecrypto.htm,
diterima 23 Desember 2003. Dari 1000 bintang terdekat, telah disisir dengan
program komputer belum ada tanda-tanda keberadaan ETI. Namun para ilmuwan tidak
putus asa, karena jumlah bintang di luar angkasa jauh lebih banyak daripada
jumlah butiran pasir di planet Bumi.
6. Ibid,
http://www.angelfire.com/on2/daviddarling/AreciboM.htm, diterima 27 Desember
2003. Antena Arecibo ini diketahui sebagai antena terbesar yang dipasang di
planet Bumi, berlokasi di Peru.
"...Lanjut Kebagian
Yang Ke Empat..."
20 November 2012 | Categories: Islam, Islam (Ilmu Matematika Alam Semesta
Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
AI-Qur’an selalu merujuk kepada (banyak) alam semesta atau ‘alamin, di mana
sains saat ini baru menghasilkan satu hipotesis dan model tentang multiple
universes. Seruan al-Qur’an tentang kebenaran sangat universal – timeless
and spaceless dialamatkan kepada seluruh manusia dan golongan jin.
Kadang-kadang al-Qur’an menyebutkan makhluk yang ada di (banyak) bumi dan di
(banyak) langit-yang bermakna segenap makhluk yang telah diketahui maupun yang
belum diketahui. Barangkali ia adalah satu-satunya kitab suci yang seruannya
ditujukan kepada manusia dan makhluk alam gaib (jin). Kritikus al-Qur’an mengatakan,
“Mengapa tidak sekalian saja dialamatkan kepada iblis, atau evil?” Kritikus itu
lupa atau tidak mengetahui bahwa iblis dan setan adalah salah satu ras dari
golongan jin.
AI-Qur’an adalah
Kebijakan Abadi
Setiap ayat, bahkan jumlah ayat atau kata, dan nama surat merupakan
kebijakan abadi. Ia mempunyai beberapa lapisan pengertian, sesuai dengan
tingkat ilmu pengetahuan manusia yang membacanya.
Kita lihat, misalnya, salah satu ayat dari Surat ar-Rahman, yang membahas
tentang air;
“Dia membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.
Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing”. (ar-Rahman [55]: 19-20)
Sedikit penafsir yang mengartikan ini adalah tanah genting yang tidak
terlihat. Penafsir lainnya menyebutkan bahwa air tawar di sungai dan air asin
di lautan bertemu namun tidak saling melampaui karena perbedaan kepekatannya.
Sampai di sini terjemahan belum bermasalah. Keterangan lebih lanjut:
Fenomena menarik adalah apa yang diungkapkan oleh seorang ilmuwan Prancis
Jacques Yves Cousteau yang meneliti berbagai lautan di dekat Selat Jibraltar,1 ditemukan bahwa pertemuan antara
air dari Laut Mediteranian (Laut Tengah) dengan air dari Lautan Atlantik tidak
bercampur, walaupun keduanya air asin. Salinitas yang berbeda menghasilkan
“dam” yang tidak terlihat. Air Laut Tengah dengan salinitas di atas 36,5% dan
temperatur sekitar 11,5 derajat Celsius, terisolasi di kedalaman 900 sampai
1100 meter. Sedangkan air yang berasal dari Lautan Atlantik mempunyai salinitas
di bawah 35%, membungkus air Laut Tengah dengan temperatur di bawah 10 derajat
Celsius.
Berikutnya adalah fenomena menarik tentang pembentukan mutiara.
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan” (ar-Rahman
55: 22)
Para penerjemah dua puluh tahun yang lalu, dengan satu atau dua
pengecualian, menerjemahkan “marjan” dengan “batu koral”. Padahal mayoritas
ahli tafsir mengartikan dengan marjan, yang mengandung mutiara kecil
yang lebih berkilau. Tetapi ahli tafsir modern, misalnya Sayyid Quthb,
berbicara tentang “batu koral”. Disadari bahwa banyak ahli tafsir yang
menghadapi persoalan dengan ayat ini. Menurut pengetahuan mereka pada waktu
itu, mutiara hanya datang dari air laut. Padahal ayat ini barangkali
menjelaskan bahwa mutiara bisa terbentuk baik di dalam air laut maupun air tawar.
Bagaimana bisa? Abu Ubaidah, seorang penulis terdahulu, sangat yakin bahwa
mutiara hanya datang dari air laut, sehingga ia mencoba berkelit untuk
menafsirkan ayat tersebut dengan sesuatu yang lain. Maka ia menulis, “Mutiara
hanya datang dari salah satu nya”.
Tetapi kini telah diketahui bahwa mutiara bisa terbentuk di dalam air
tawar. Encyclopedia Britannica, Micropaedia 1977, menulis bahwa di
sungai-sungai rimba Bavaria (Eropa) mutiara .libudidayakan. Bahkan budidaya
mutiara air tawar di Cina telah dikenal sejak sebelum tahun 1000 SM.
Dengan demikian, pernyataan al-Qur’an dalam surat ini sesuai dengan arti
harfiahnya, tanpa memerlukan penafsiran yang dipaksakan.
Apakah pembaca akan berhenti sampai di sini?
Kita beralih ke ayat al-Qur’an yang pembahasannya memerlukan pengetahuan
astrofisika, gabungan astronomi, fisika dan matematika, yaitu Surat an-Nur
atau yang berarti cahaya.
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumynmaan cahaya Allah
adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus (misykat), yang didalamnya ada
pelita besar. Pelita itu didalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang
bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan pohon yang banyak berkahnya,
(yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan dan tidak
pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi,
walauyun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah
membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.” (an-Nur 24 : 35).
Esensi ayat ini adalah bahwa Tuhan adalah (satu-satunya) pemberi cahaya di
alam semesta tanpa sentuhan api. Namun menyangkut perumpamaan, mufasir klasik
menghadapi kesulitan untuk menjelaskan lebih rinci.
Dengan beberapa pengecualian mereka akan menjelaskan bahwa misykat , atau
suatu lubang yang tidak dapat ditembus, adalah lubang di rumah-rumah untuk
tempat lampu obor, yang ada di dinding rumah. Sedangkan pohon (zaitun) yang
dimaksud adalah pohon (zaitun) yang tumbuh di bukit-bukit, sehingga sinar
matahari dapat menyinari, baik pada saat matahari terbit maupun matahari
terbenam.
Mufasir modern, seperti Malik Ben Nabi, menjelaskan bahwa misykat
adalah lampu bohlam:
Pohon yang dimaksud adalah kawat wolfram yang berpijar karena efek listrik
tanpa disentuh api, dibungkus gelas kaca, untuk memantulkan seluruh sinarnya ke
segala arah sehingga dapat menerangi seluruh ruangan. Lampu bohlam adalah sekat
yang tak dapat ditembus, karena hampa udara, tidak ada oksigen di sana.
Tetapi, dalam studi yang lebih mendalam tentang cahaya di langit oleh para
astrofisikawan, misalnya Mohamed Asadi2
dalam bukunya The Grand Unifying Theory of Everything, perumpamaan ayat
tersebut lebih mendekati kepada fenomena quasar dan gravitasi efek lensa
yang menghasilkan cahaya di atas cahaya. Quasar atau Quasi
Stellar adalah objek di langit yang ditemukan pertama kalinya pada tahun
1963. Mereka mewakili objek yang paling terang di alam semesta, jauh lebih
terang dari cahaya matahari atau bintang. Para astronom menemukan bahwa objek
“seperti bintang’ ini terletak miliaran tahun cahaya dari bumi. Objek ini
tentunya mempunyai energi yang besarnya sangat luar biasa supaya tetap terlihat
dari sini. Energi mereka berasal dari “pusat lubang hitam yang sangat masif”.
Karakter pertama dari ayat ini yaitu misykat adalah “lubang hitam”, sedangkan
karakter kedua yaitu “pelita dalam kaca” adalah galaksi yang menghasilkan efek
gravitasi lensa seperti quasar (pelita) yang terbungkus oleh kaca (gelas). Coba
simak keterangan quasar oleh astronom NASA.3
“Efek gravitasi pada galaksi, quasar yang jauh, serupa dengan efek lensa
sebuah gelas minum yang memantulkan sinar lampu jalan yang menciptakan berbagai
image (lapisan cahaya atas cahaya)”
Energi quasar yang berasal (dicatu) dari lubang hitam, terjadi
ketika “bintang-bintang dan gas” dari galaksi terhisap di dalamnya. Karakter
lainnya yang disebut “pohon” oleh al-Qur’an adalah sebutan yang tidak lazim
oleh para astronom yang menggambarkan galaksi sebagai “pohon-pohon” yang
terdiri dari bintang-bintang. Lihat saja istilah diagram HertzprungRussel,
dalam buku Timothy Ferris, The Whole Shebang, 1997.
Barangkali, karakter lainnya yang menarik dari ayat di atas adalah
pernyataan “diterangi tanpa tersentuh oleh api”, suatu fenomena fusi nuklir
yang menghasilkan cahaya yang sangat terang, di mana di ruang angkasa nyaris
tidak ada oksigen untuk pembakaran. Bintang-bintang memulai hidupnya dengan
unsur kimia yang paling ringan, yakni hidrogen. Gas berkontraksi, karena
gravitasi, memanas; atom hidrogen bertumbukan dan membentuk helium, unsur yang
lebih berat, ketika mengeluarkan energinya. Energi inilah yang membuat objek
“bintang- bintang” bersinar tanpa “disentuh api’, energi ini juga yang memelihara
keseimbangan posisi bintang-bintang di alam semesta. Sepanjang pengetahuan
manusia yang ada sekarang, fenomena quasar inilah yang paling tepat untuk menggambarkan
ayat di atas. Terlebih lagi perumpamaan dalam ayat tersebut: “seakan-akan
bintang yang bercahaya seperti mutiara”. Bahkan aslinya lebih terang dari sinar
bintang, dan memang seperti “mutiara” bila kita lihat dari foto-foto NASA yang
ada, gemerlapan, sangat menawan.
Dengan demikian, terjemahan bebas ayat 35 Surat an-Nur dari sisi sains adalah:
“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah,
adalah seperti sebuah lubang (hitam) yang tak tembus (misykat), yang di
dalamnya ada pelita besar (quasar). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca (efekgravitasi
lensa dari galaksi) itu seakanakan bintang (yang bercahaya) seperti
mutiara, yang dinyalakan dengan pohon (galaksi yang dicatu oleh lubang
hitam) yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon (galaksi) yang tumbuh
tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang
minyaknya (fusinuklir) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh
api. Cahaya di atas cahaya (efek gravitasi lensa), Allah membimbing
kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia,dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Antisipasi ke Depan atau Catatan Sebelumnya
AI-Qur’an dalam pengajarannya bukan saja dengan kalimat (teks) tetapi juga
dengan hitungan, hitungan yang membahas berbagai hal. Perbandingan luas lautan
dengan daratan, dampak pemanasan global (global warming), kecepatan
cahaya, dan umur alam semesta: berdasarkan informasi-informasi yang disajikan
oleh ayat-ayat al-Qur’an. Bila al-Qur’an seolah-olah mengantisipasi ke masa
depan, itu adalah semata-mata perspektif manusia. Sebab dalam pandangan
al-Qur’an, semua kejadian di bumi, sesungguhnya telah tercatat dengan baik di
dalam Kitab Utama, Pusat Arsip, atau Lauh Mahfuzh, sebelum
kejadian tersebut berlangsung4.
Umur Alam Semesta
Secara ringkas, umur elemen kimia dapat diperkirakan berdasarkan uji radio
aktif terhadap atom tersebut. Dan umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan
uji contoh batubatuan, yaitu dengan mengukur perubahan elemen berat seperti
Rubidium Rb-87. Bila uji Rubidium ini diterapkan atas batuan yang tertua di bumi
akan didapatkan bahwa batuan tertua berumur 3,8 miliar tahun. Jika diterapkan
atas batuan tertua dari meteor akan didapatkan angka 4,56 miliar tahun.
Kesimpulan ini membuktikan bahwa tata surya kita berumur sekitar 4,6 miliar
tahun, dengan tingkat kesalahan 100 juta tahun. Sedikit berbeda, bila metode
ini digunakan untuk mengukur gas di alam semesta maka akan menyebabkan tingkat
variasi yang lebih lebar. Ilmuwan cukup puas mengetahui umur alam semesta
sejak Dentuman Besar dengan perhitungan elemen kimia yaitu antara 11-18 miliar
tahun.
Mohamed Asadi dalam bukunya The Grand Unifying Theoryof Everything
mengatakan bahwa umur alam semesta, berdasarkan penyelidikannya terhadap
bintang-bintang tertua, adalah antara 17 sampai 20 miliar tahun. Sedangkan
Profesor Jean Claude Batelere dari College de France menyatakan bahwa umur alam
semesta kira-kira 18 miliar tahun.5
Dalam al-Qur’an ada dua ayat yang mengindikasikan perhitungan alam semesta
selain makna relativitas waktu, yaitu Surat as-Sajdah (32:5) dan al-Ma’arij (70:4).
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) keyada Tuhan dalam sehari
yang kadarnya lima puluh ribu tahun”(al-Ma’arij
70: 4)
Kita dapat mencatat bahwa al-Qur’an tidak mengatakan “50.000 tahun” waktu
bumi. Karena waktu ini adalah waktu relatif di suatu tempat di langit, di mana
satu hari sama dengan 1000 tahun waktu bumi. Hari relatif tersebut merupakan
umur alam semesta di mana sistem tata surya manusia (kita) berada.
Mari kita konversikan waktu relatif alam semesta:
50.000 x 365,2422 = 18.262.110
Satu hari relatif di “satu tempat” di alam semesta, di tempat malaikat
melaporkan urusannya, sama dengan 1000 tahun di bumi:
18.262.110 x 1000 = 18.262.211.000 tahun atau 18,26 miliar tahun.
Dengan demikian, umur alam semesta relatif adalah 18,26 miliar tahun.
Hasilnya hampir sama dengan perhitungan Profesor Jean Claude Batelere dari
College de France tersebut di atas.
NASA memperkirakan umur alam semesta antara 12-18 miliar tahun berdasarkan
pengukuran seberapa cepat alam semesta kita ini ekspansi setelah terjadinya
“Dentuman Besar” 6
Dr. Marshall Joy dan Dr. John Carlstrom dari Universitas Chicago (tim NASA)
telah mampu mengatasi masalah pengukuran kecepatan ekspansi alam semesta dengan
teknik terbaru, yaitu menggunakan radio interferometer untuk menyelidiki dan
mengukur fluktuasi Cosmic Microwave Background Radiation (CMBR). Dengan
demikian, umur alam semesta dapat diperkirakan. Sedangkan tim NASA lainnya
memperkirakan umur alam semesta antara 8-12 miliar tahun berdasarkan pengukuran
jarak galaksi “M100″ dengan teleskop ruang angkasa Hubble. Galaksi tersebut
diperkirakan berjarak 56 juta tahun cahaya dari bumi. Namun demikian,
pengukuran umur alam semesta ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana mungkin alam
semesta umurnya lebih muda, padahal salah satu bintang di Bima Sakti mungkin
umurnya jauh lebih tua dari perkiraan tersebut?
Metonic Cycle
Pembaca telah mendapatkan pengetahuan bahwa kata-kata dalam al-Qur’an
mempunyai makna yang bertingkat. Beberapa kata mempunyai arti langsung, tetapi
yang lain tidak, atau belum tentu. Misalnya saja, kata yang berarti bulan
adalah syahr, dalam al-Qur’an disebutkan sebanyak 12 kali. Ini sesuai
dengan 12 bulan dalam 1 tahun. Sedangkan kata yang berarti hari adalah yaum,
yang disebutkan 365 kali dalam al-Qui an. Ini juga sesuai bahwa 1 tahun
rata-rata sama dengan 365 hari. Tetapi kata yang berarti tahun, yaitu sanah
disebutkan dalam al-Qur’an sebanyak 19 kali! Bagaimana kita memahaminya?
Terima kasih kepada cabang pengetahuan astronomi. Angka 19 atau 19 tahun
adalah satu periode di mana posisi relatif bumi dan bulan kembali ke posisi
semula secara berulang setelah 19 tahun kemudian. Siklus ini ditemukan oleh
Meton orang Yunani dan disebut Metonic cycle.
“Jika sekarang tanggal 20 Maret tahun 2000, dan bulan purnama terlihat pada
posisi dekat bintang Virgo, kapan kita dapat melihat bulan purnama pada posisi
yang sama?”
“Jawabnya bukan bulan depan atau tahun depan, tetapi tanggal 20 Maret tahun
2019, 19 tahun kemudian.”
Mengapa 19 tahun? Karena fase Tahun Matahari dan Tahun Bulan akan bertemu
tepat pada siklus yang ke-19, di mana 235 bulan Kalender Bulan tepat sama
dengan siklus 19 tahun berdasarkan Kalender Matahari. (29,53 hari x 235
kira-kira sama dengan 365,24 hari x 19). Meton dari Athena pada tahun 440 SM
mengetahui bahwa 235 bulan berdasarkan Kalender Bulan sama dengan 19 tahun
Kalender Matahari. Oleh karena itu, siklus ini dikenal dengan siklus Meton, dan
merupakan basis perhitungan kalender di Yunani sampai Kalender Julius Caesar
diperkenalkan pada tahun 46 SM. Bagi kaum Muslim, menggunakan Kalender Bulan
karena sesuai dengan kebutuhan untuk perhitungan bulan Ramadhan, bulan Haji,
dan peristiwa-peristiwa Islam lainnya. Namun sebelumnya, Kalender Bulan ini
dipergunakan juga oleh kaum Yahudi, bangsa Babilonia, dan Cina.
Dengan demikian, jumlah penyebutan kata-kata tertentu dalam al-Qur’an
mempunyai,makna yang sangat dalam, dan baru dapat diketahui oleh pembaca jika
ia mempunyai pengetahuan dan sains yang cukup luas.
Keterangan Terkait
1. Baca buku M. Asadi
Koran atau ringkasan bukunya, bisa ditemukan pada web
siten http://members.aol.com/masadi/sci.htm. Fenomena ini adalah
fenomena khusus yang baru-baru saja ditemukan oleh pengetahuan manusia.
2. Ringkasan bukunya bisa
dibaca di web
site: http://216.239.41.104/senrch?q=cache:6uZu80S1xRIJ:members.aol.com/silence004/koran.html+M.+Asad,
+the+theory+of+everything.&hl=en&ie=UTF-8,
diterima tg1.14 November 2003.
3.
http://antwrp.gsfc.nasa.gov/apod/ap950711.html. diterima 15 November 2003
4. Salah seorang ilmuwan
yang berpandangan bahwa Lauh Mahfuzh merupakan Pusat Arsip Kosmos adalah
Jaques Jomier, ahli sejarah dan agama Islam dari Perancis. Pandangan serupa
dalam bentuk waktu (abadi, tidak dikenal masa lalu, kini, dan akan datang)
dikemukakan oleh Harun Yahya dari Turki-Inggris. Dalam aI-Qur'an berbagai ayat
menjelaskan Inuh Mahfuzh, intinya merupakan "catatan atau rekaman seluruh
peristiwa di bumi dan langt" - meliputi daun yang gugur, musim, sarang
binatang yang terkecil dan berbagai bencana alam, buku amal manusia, kehidupan
di akhirat-satu pun fidak ada yang tertinggal. Catatan tersebut telah ada
sebelum kejadiannya berlangsung.
5.
http://www.fakir60.tripod.com/universe.html, diterima 15 November 2003.
6. http.//216.239.41.704/senrch?q=cnche:O8S7RUNVr16Ufacience.nnsn.gov/newhome/
headlines/ast22feb99_1.htm+universe+age,+NASA&h1=en&ie=UTF8,
diterima 20 November 2003.
Pengukuran ini sekaligus bukti adanya Dentuman
Besar atau peristiwa "Big Bang".
7. Baca lebih lanjut: http://216.239.41.104/search?q=chace:f-VQQC95KvUJ:liftoff.msfc.nasa.gov/academy/universe/age.html+
universe+age,+NASA&hl=en&ie=UTF-8: diterima tgl 21 November 2003.
8. Baca referensi tentang
Metonic cycle dalam beberapa web site, misalnya dari Encyclopedia Wikepedia,
http://66.102.11.104/search?q=
cache:RKdITygRZcl/:rumm.sciencednity.com/encyclopedia/
Metonic_cycle+metonic+cycle&hl=en&ie=UTF-8, diterima 17 November 2003.
Site lainnya, misalnya http://216.239.41.104 /search?q=cache: DX I f2earl
unY/:mroeu.sizes.eom/time/1 unar_eycles.h tm+meton ic+
cyclebhl=en&ie=UTF-8, diterima 17 November 2003.
“…Lanjut Bagian Ke Tiga…”
20 November 2012 | Categories: Islam, Islam (Ilmu Matematika Alam Semesta
Menurut Al-Qur'an) | Tinggalkan komentar »
“Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah
menyampaikan risalah-2 Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu-Nya meliputi apap yang
ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu.” (al-_Jinn 72: 28).
Tuhan menciptakan segala sesuatu dengan hitungan-aladad: peredaran
bintang, keseimbangan alam semesta, pembentukan manusia, atom, kuantum
mekanik, dan bahkan ayat-ayat dalam al-Qur’an sendiri. Mereka terstruktur
dengan hitungan yang sistematis dan teliti.
AI-Qur’an dalam bahasa Arab berarti “pembacaan”. al-Quran mungkin kitab
yang paling banyak dibaca di dunia. Perlu diketahui, sesungguhnya kata Kitab
Suci tidak ada di al-Qur’an. Yang ada adalah sebutan Kitab Mulia, Kitab Agung,
Kitab Pemurah, dan lainnya. Kitab Suci dikenal karena media, terpengaruh
sebutan kitab suci lainnya. Kesempurnaan dalam bahasa tidak dapat ditentang
oleh para pujangga. Bahasa dan makna dipadukan. Irama, keselarasan melodi,
ritmenya menghasilkan sebuah efek hipnotis yang kuat.1 Barangkali
bagi orang awam, kandungan al-Qui an sulit dimengerti, karena ia tidak
dimulai secara kronologis ataupun narasi-narasi sejarah seperti halnya kitab
Yahudi. Ia juga tidak mendasarkan teologinya dalam cerita-cerita dramatis
sebagaimana epik-epik India. Tidak pula Tuhan diungkap dalam bentuk manusia
sebagaimana dalam Bibel dan Bhagavad Gita. Ia berbicara langsung
soal pendidikan-sebagaimana sering dikemukakan oleh para penulis
modern-berbicara mengenai membaca, mengajar, memahami dan menulis2 (al-’Alaq
96 : 1-5). Di dalam al-Qur’an sendiri ada pemakaian
kata “al-Qur’an” dalam arti bacaan, sebagaimana tersebut
dalam ayat 17,18 Surat 75 al-Qiyamah:
“Sesungguhnya mengumpulkan al-Qur’an (dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu), jika Kami
telah membacakannya maka ikutilah bacaannya.”
Kata pertama di dalam al-Qur’an dan Islam adalah sebuah perintah yang
ditujukan kepada Nabi, yang secara linguistik menunjukkan bahwa penyusunan teks
al-Qur’an berada di luar kewenangan Muhammad saw. Gaya serupa ini tetap dipertahankan
di sepanjang al-Qur’an. Ia berbicara kepada atau tentang Nabi dan tidak
mengizinkan Nabi berbicara atas kehendaknya sendir.3 Al-Qur’an
menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang “diturunkan” Tuhan
kepada Nabi; ungkapan kata “diturunkan” atau anzalna dalam berbagai bentuk
digunakan lebih dari 200 kali. Secara intrinsik, ini berarti bahwa konsep dan
isi al-Qur’an benar-benar diturunkan dari langit. Sebagaimana dalam beberapa
ayat yang lain, Tuhan juga menurunkan besi, mizan (keadilan,
keseimbangan, harmoni) dan 8 pasang binatang ternak. Al-Qur’an diturunkan
secara bertahap dalam berbagai peristiwa yang memakan waktu 22 tahun 2 bulan
dan 22 hari. Ia dikutip langsung dari catatan di Lauh Mahfuzh, yang
berarti Kitab Utama atau bermakna “Pusat Arsip”.4
Al-Qur’an berpandangan bahwa bacaan tersebut tersusun rapi, sempurna dan
tidak ada yang ketinggalan. Ia dalam penggambarannya sangat unik. Nabi pun
kadang-kadang dikritik dan ditegur dalam beberapa peristiwa. Al-Qur’an juga
selalu menyisipkan ayat-ayat tertentu, seperti “intan yang berkilauan”, dalam
pelajaran metafisisnya. Ia mendesak pembaca agar menggunakan kemampuan
intelektualnya, mengenali isyarat isyarat ilmiah berupa “intan yang
berkilauan”, tanda-tanda kebesaran Pencipta melalui alam semesta, sumber
Metafisis Tertinggi. Muslim modern mengatakan ada sekitar 900 ayat yang memuat
tanda-tanda ini, dari total 6.236 ayat. Hanya 100 ayat yang berbicara persoalan
peribadatan, dan puluhan ayat yang membahas masalah-masalah pribadi, hukum
perdata, hukum pidana, peradilan dan kesaksian.5 Al-Qur’an berbeda cara penyajiannya,
bisa saja membahas masalah keimanan, moral, ritual, hukum, sejarah, alam,
antisipasi masa mendatang, secara sekaligus dalam satu surat. Ini memberikan
daya persuasi yang lebih besar, karena semua berlandaskan keimanan kepada Tuhan
Yang Esa dan Hari Akhir. Jumlah surat dalam al-Qur’an ada 114, nama-nama tiap
surat, batas-batas tiap surat dan susunan ayat-ayatnya merupakan ketentuan yang
ditetapkan dan diajarkan oleh Nabi sendiri.
Sejarah Ringkas
Pemeliharaan al-Qur’an
Pada awal Islam, bangsa Arab adalah bangsa yang buta huruf, hanya sedikit
yang pandai menulis dan membaca. Bahkan beberapa di antaranya merasa aib bila
diketahui pandai menulis. Karena, orang yang terpandang pada saat itu adalah
orang yang sanggup menghafal, bersyair, dan berpidato. Waktu itu belum ada
“kitab”. Kalaupun ada hanyalah sepotong batu yang licin dan tipis, kulit
binatang, atau pelepah korma yang ditulis. Termasuk kutub, jamak
kitab, yang dikirim oleh Nabi kepada raja-raja di sekitar Arab, sebagai seruan
untuk masuk Islam.
Setiap kali turun ayat, Nabi menginstruksikan kepada para sahabat untuk
menghafalnya dan menuliskannya di atas batu, kulit binatang dan pelepah korma.
Hanya ayat-ayat al-Qur’an yang boleh ditulis. Selain ayat-ayat al-Qur’ an,
bahkan termasuk Hadis dan ajaran-ajaran Nabi yang didengar oleh para sahabat,
di larang untuk dituliskan, agar antara isi al-Qur’an dengan yang lainnya tidak
tercampur.
Setiap tahun, malaikat Jibril, utusan Tuhan mengulang (repetisi) membaca
ayat-ayat al-Qur’an yang telah diturunkan sebelumnya di hadapan Nabi. Pada
tahun Muhammad saw wafat, yaitu tahun 632 M, ayat-ayat al-Qur’ an dibacakan dua
kali dalam setahun.6 Ini menarik sekali, karena seolah-olah akhir tugas
dan kehidupan Nabi di dunia ini telah diantisipasi akan selesai.
Pada masa khalifah pertama, Abu Bakar, banyak terjadi peperangan melawan
orang-orang yang murtad dan para nabi palsu. Di antara mereka yang gugur dalam
peperangan banyak penghafal ayat-ayat al-Qur’an. Umar bin Khaththab mengusulkan
untuk mengumpulkan para penghafal al-Qur’an, disuruh membacakan al-Qur’an,
menjadikan satu, meneliti dan menulis ulang. Kumpulan itu yang ditulis oleh
Zaid bin Tsabit, mushaf, berupa lembaran-lembaran yang diikat menjadi satu,
disusun berdasarkan urutan ayat dan surat seperti yang telah ditetapkan oleh
Nabi sebelum wafat. Sedangkan pada masa Utsman bin Affan, tentara Muslim telah
sampai ke Armenia, Azerbajan di sebelah Timur dan Tripoli di sebelah barat.
Kaum Muslim terpencar di seluruh pelosok negeri, ada yang tinggal di
Mesir, Syria, Irak, Persia dan Afrika. Naskah beredar di manamana, tetapi
urutan surat dan cara membacanya beragam, sesuai dialek di mana mereka
tinggal. Hal ini menjadikan pertikaian antarkaum Muslim sehingga menjadikan
kekhawatiran pemerintahan Utsman. Maka kemudian Utsman membentuk panitia untuk
membukukan ayat-ayat al-Qur’an dengan merujuk pada dialek suku Quraisy, sebab
ayat al-Qur’an diturunkan dengan dialek mereka, sesuai dengan suku Muhammad
saw. Buku tersebut diberi nama al-Mushaf, ditulis lima kopi dan
dikirimkan ke empat tempat: Mekkah, Syria, Bashrah, dan Kufah. Satu kopi
disimpan di Medinah sebagai arsip dan disebut Mushaf al-Imam.
Walaupun telah disatukan dan diseragamkan, namun tetap cukup banyak
al-Qur’an di Afrika dengan dialek berbeda, termasuk jumlah ayat yang “berbeda”
karena perbedaan membaca dalam pergantian nafas (6.666 ayat), tetapi isinya
tetap sama. Awalnya, pada zaman Nabi, al-Qur’an memakai dialek Quraisy, tetapi
kemudian berkembang menjadi tujuh dialek non-Quraisy. Pada mulanya, ini
dimaksudkan agar suku-suku lain lebih mengerti. Ada juga aliran tersendiri
(kelompok kecill, pimpinan Dr. Rashad Khalifa, kelahiran Mesir, seorang ahli
biokimia dan matematika, yang mempromosikan jumlah ayat 6.234, berbeda 2 ayat
dengan naskah Ustman, 6.236 ayat.7 Sedangkan mayoritas Muslim, baik Sunni
maupun Syi ah tetap berpegang teguh pada naskah awal yang dikumpulkan
semasa Khalifah Ustman, yaitu dialek Quraisy, hingga kini. Perbedaan kecil ini,
menjadi sasaran kritik para Orientalis, bahwa al-Qur’ an tidak asli lagi,
karena telah ada campur tangan manusia dalam transmisinya. Walaupun demikian,
sebagian di antara mereka, seperti Gibb, Kenneth Cragg, John Burton, dan
Schwally dalam bukunya Mohammedanism, The Collection of the Qur’an , The
Mind of the Qu‘ran, dan Geschichte des Qorans, mengakui bahwa “sejauh
pengetahuan kita, kita bisa yakin bahwa teks wahyu telah ditransmisikan
sebagaimana apa yang telah diberikan kepada Nabi”.8
Mushaf Utsmani Disimpan
di Mana?
Banyak pertanyaan, di mana copy yang diberikan oleh Khalifah Utsman
disimpan? Apakah masih ada? Menurut penjelasan The Institute of Islamic
Information and Education of America,9 naskah tadi disimpan di Museum
Tashkent di Uzbekistan, Asia Tengah. Sedangkan hasil copy fax ada
di Perpustakaan Universitas Columbia di Amerika Serikat.10 Keterangan
lebih lanjut menjelaskan bahwa copy tersebut sama dengan apa
yang dimiliki pada zaman Nabi. Duplikat copy yang
dikirimkan ke Syria pada masa Utsman juga masih ada di Topkapi Museum
Istambul, duplikat ini dibuat sebelum terjadi kebakaran pada tahun 1892 yang
menghancurkan mesjid Jami, di mana mushaf tersebut berada. Naskah yang lebih
tua bisa ditemukan di Dar al-Kutub, Kesultanan Mesir. Sangat menarik, terdapat
naskah yang disimpan di Perpustakaan Kongres di Washington, Chester Beatty
Museum di Dublin (Irlandia) dan Museum di London-isinya tidak berbeda dengan
apa yang terdapat di Mesir, Uzbekistan dan Syria. Sebelumnya juga terdapat
42.000 koleksi naskah kuno disimpan Institute for Koranforshung, University of
Munich di Jerman. Namun, ketika Perang Dunia II, koleksi ini hancur karena
dibom.11 Sejauh ini, berkat upaya para sahabat Nabi dan atas pertolongan
Tuhan Yang Maha Esa, isi al-Qur’an, sejak zaman Nabi hingga sekarang tetap
sama. Namun demikian, pertanyaan lainnya muncul. Jika ini semua otentik sesuai
dengan aslinya, bagaimana kita yakin bahwa al-Qur’an berasal dari “Sumber
Metafisis Tertinggi”?12 Sebagian besar kaum Muslim sangat yakin bahwa
al-Qur’an adalah asli dari Tuhan, karena al-Qur’an sendiri yang mengatakan
demikian; misalnya saja, Surat an-Nisa’ (4:82); al-An’am (6:19); (6:92);
an-Naml (27:6); al-Jatsiyah (45:2).13 Sebagian Muslim lainnya baru percaya
setelah membaca dan memahami isinya dengan baik, berpikiran jernih, dan mau
membuka hati dengan hal-hal yang baru. Tetapi dapat dipahami pula, karena
“sumbernya dari dalam”, bagi urang luar yang skeptis, pendapat apa saja
dimungkinkan. Oleh karena itu, bagi orang luar, bukan kalangan Muslim atau
siapa sajn, pilihannya adalah salah satu dari lima kemungkinan yang “mengarang
al-Qur’an”.
Pertama, Nabi Muhammad saw.
Kedua, para pujangga-ilmuwan Arab dan
kumpulan cerita dari berbagai sumber.
Ketiga, merupakan jiplakan dari kitab suci
Injil dan Taurat.
Keemyat, buatan makhluk asing.
Kelima, dari Tuhan.
Al-Qur’ an berpandangan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Ia
mengatakan bahwa percaya atau tidaknya seseorang terhadap isi al-Qur’an,
semata-mata karena hidayah Allah. Hidayah diberikan bagi yang mau berpikir
jernih dan berprasangka baik.
Sebagian Muslim makin percaya karena faktor-faktor eksternal, bukan hanya karena pernyataan al-Qur’an saja. Mereka berpikir begini.
Sebagian Muslim makin percaya karena faktor-faktor eksternal, bukan hanya karena pernyataan al-Qur’an saja. Mereka berpikir begini.
Pertama, Muhammad saw terkenal karena
kujujurannya, dapat dipercaya, dan bukan orang yang pandai membaca dan menulis.
Di lain pihak, gaya bahasa al-Qur’an sangat berlainan dengan gaya bahasa Nabi
ketika bertutur. Al-Qur’an selalu memakai gaya yang unik, dimulai dengan “Katakanlah”,
“ingatkah”, “Tuhan berkata”, “Mereka bertanya”, dan sebagainya.
Kedua, ada puluhan surat dan ayat yang
dimulai dengan huruf-huruf Arab, yang pada awalnya tidak diketahui maknanya.
Huruf sisipan atau fawatih. Huruf-huruf ini tidak ada perlunya jika
“makhluk biasa” yang membuat, karena tidak dimengerti oleh pembacanya
hingga berabad-abad lamanya, membuat bingung.
Ketiga, sesuatu yang menarik lainnya,
bahwa nama Muhammad hanya empat kali disebut dalam alQur an. Nama Adam as dan
Isa as jauh lebih banyak disebut. Mereka disebut oleh al-Qur’an masing-masing
25 kali. Bahkan nama Musa as paling banyak disebut.
Keempat, cerita atau ungkapan sejarah
serupa dengan cerita dalam kitab suci lainnya, namun sangat berbeda dalam
detail dan maknanya. Beberapa kisah masa lalu, bahkan tidak ditemukan dalam
kitab Yahudi atau Bibel. Seperti kisah bangsa Tsamud, Ad, kota Iram, dialog
antara Nuh as dengan puteranya sebelum banjir terjadi, dan “percakapan semut
yang didengar Sulaiman as”.
Kelima, seruan al-Qur’an bukan saja
ditujukan kepada semua manusia (di bumi dan langit–planet dan alam lainnya),
tetapi juga golongan jin (beserta seluruh rasnya, seperti setan, iblis, ifrit,
dan makhluk asing yang belum diketahui manusia). Ayat-ayat ini tidak ada
perlunya bila “makhluk biasa” yang membuat, apa manfaatnya?
Keenam, rincian tentang malaikat, jin,
penciptaan (banyak) alam semesta dan (banyak) bumi, fenomena ilmiah, di mana
pengetahuan manusia belum atau baru saja mengetahui.
Ketujuh, struktur kodetifikasi yang
ditemukan dalam al-Qur’an, di mana ia mengatakan untuk menambah keimanan bagi
orang yang beriman dan membuat tidak ragu bagi pembaca Kitab ini (al-Muddatstsir
74 : 30).
Beberapa faktor eksternal tersebut menyebabkan sebagian kaum Muslim makin
percaya bahwa al-Qur’an kecil sekali kemungkinannya dibuat oleh makhluk biasa,
baik manusia maupun jin. Kita juga harus ingat, kaum Muslim lainnya, yang
bukan Islam karena “dilahirkan” – Islam karena “pindah agama atau mendapatkan
agama”, mereka mempunyai alasan yang Iebih spesifik.
Mushaf Utsmani adalah satu-satunya kitab, di mana enkripsi dan kodetifikasi
bilangan prima ditemukan secara terstruktur, komprehensif, mulai dari yang
paling sederhana hingga yang rumit.
TABEL 1. DAFTAR SURAT DAN JUMLAH AYAT AL-QUR’AN, MUSHAF
UTSMANI
Total jumlah ayat: 5.104 + 1.132 = 6.
236
Total jumlah nomor surat: 1.653 + 4.902 = 6.555
Total jumlah nomor surat: 1.653 + 4.902 = 6.555
Terlihat dari Tabel 1.1 bahwa jumlah
ayat al-Qur’an adalah 6.236. Total jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan
114:1 + 2 + 3 + …. + 114 = 6.555. Dengan demikian jumlah 6.236 ayat dan angka
6.555 jumlah nomor surat menjadi dasar enkripsi Al-Qur’an selanjutnya
Keterangan Terkait
1. Huston Smith, Islam, p'ustaka Sufi,
Maret 2002, hal. 37.
2. "Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. yang mengajar
(manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
tidak diketahuinya.” (al-Alaq 96 : 1-5).
3. Muhammad Abdul
Halim, Memahami Al-Qur'an, Marja, April 2002, hal. 15.
4. Disebut "pusat arsip", karena,
sebagaimana keterangan al-Qur'an, semua kejadian di bumi dan langit (kosmos)
tercatat rapi di Lauh Mahfuzh. Bahkan beberapa ayat memberikan
pengertian bahwa catatan tersebut telah ada sebelum kejadian itu berlangsung.
Oleh karena itu, mengapa berbagai peristiwa yang dikisahkan al-Qur'an selalu
teliti dan akurat. Termasuk, menurut pengetahuan manusia, antisipasi ke depan.
Selain al-Qur'an, diberitakan juga kitab-kitab sebelumnya dikutip dari
"Kitab Utama" ini, termasuk kitab Zabur yang diberikan kepada Daud
as.
5. Muhammad Abdul
Halim, Memahami AI-Qur'an, Marja, April 2002, hal. 19
6. Baea Khadim al-Haramain asy-Syarifain, AI-Qur
'an dan Terjemahannya.
7. Berbeda 2 ayat di Surat
at-Taubah. Mereka mengatakan 127 ayat, tidak sama dengan al-Qur'an pada
umumnya,129 ayat. Namun demikian, Dr. Rashad Khalifa, berjasa karena berani
memulai studi matematika dalam al-Qur'an. Sebagian besar karyanya diakui oleh
mufasir lainnya, termasuk, misalnya, Quraish Shihab sebagaimana dalam bukunya Mukjizat
AI-Qur’an.
8. The Institute of
Islamic Information and Education, USA. The Authenticity of The Qur'an, http://www.iiie.net/Articles/AuthenticQuran.html diterima tanggal 13
Desember 2003.
9. Baca juga Yusuf Ibrahim al-Nur, Ma' al-Masaahif,
Dubai: Dar al-Manar, 1st ed.,1993, hal. 117; dan Isma'il Makhdum, Tarikh
al-Mushnfal-Uthmani fi Tashqand, Tashkent: AI-ldara al-Diniya, 1971, hal.
22.
10. Baca juga The Muslim
Wor1d, 1940,, Vol. 30, hanl. 357-358.
11. Baca lebih lanjut Dr. Maurice Bucaille, The Bible,
The Qur'an and Scienre, Indianapolis, American Trust Publications, 1983, atau
Fredrick Denny, Islam, NY: Harper & Row, 1987.
12. Baca Malik Ben Nabi,
Les phenomenons du coran, yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesa.
13.
Misalnya, an-Nisa' (4:82): "Maka apakah mereka tidak memperhatikan
al-Qur'an? Kalau kiranya al-Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka
mendapat pertentengan yang banyak didalamnya."
14. Lebih lanjut baca, misalnya,
buku-buku karya Malik Ben Nabi (Aljazair-Prancis), Dr. Maurice Bucaille
(Prancis), Jaques Jomier (Prancis), Keith L. Moore (USA-Canada). Gary Miller
(USA), Harun Yahya (Turki-UK), Dr. Peter Plichta (Jerman), dan M. Asadi (USA).
“…Lanjut Kebagian Yang Ke Dua…”